Senin 15 Apr 2024 17:54 WIB

Pakar Sebut Anjloknya Nilai Tukar Rupiah karena Banyak Faktor

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS capai level Rp 16.062 per dolar AS.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Lida Puspaningtyas
Nilai tukar rupiah anjlok dalam beberapa waktu terakhir.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Nilai tukar rupiah anjlok dalam beberapa waktu terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mencatatkan penguatan ke level Rp 16.062 pada perdagangan hari ini setelah melemah sepekan lalu. Rupiah mulai menyentuh level Rp 16 ribu pada perdagangan Rabu (10/4/2024) pekan lalu. 

Kepada Republika, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, salah satu penyebab mwnguatnya indeks dolar AS karena adanya libur Lebaran sejak pekan lalu.

Baca Juga

Selama hampir dua pekan ini Bank Indonesia (BI) secara internal tidak bisa melakukan intervensi. Begitu juga dengan data ekonomi Indonesia yang tidak bisa dirilis karena bersamaan dengan libur Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri. Diketahui, pasar keuangan domestik baru akan dibuka pada Selasa (16/4/2024) besok.

"Wajar kalau seandainya rupiah ini melemah di hari-hari libur tersebut tetapi, saya lihat bahwa pasar Indonesia sampai saat ini masih tutup, sehingga kita akan melihat besok, kemungkinan besar akan melakukan intervensi," ujar Ibrahim, Senin (14/4/2024).

Ibrahim menambahkan, penyebab lainnya adalah adanya kondisi geopolitik yang sedang panas di Timur Tengah. Kondisi itu juga mengakibatkan harga emas dan minyak naik.

Walaupun, dalam perdagangan hari Jumat lalu harga emas dan minyak dunia mengalami penurunan yang cukup signifikan. Salah satunya penyebabnya lantaran data Amerika yang cukup bagus sehingga dolar mengalami penguatan.

"Setelah pembukaan pasar besok, BI kemungkinan akan melakukan intervensi di pasar Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) dimana perdagangan untuk valuta asing dan obligasi yang kemungkinan besar akan kembali digulirkan baik oleh BI maupun oleh pemerintah, terutama adalah Kementerian Keuangan," kata Ibrahim.

Hal senada disampaikan Analis dari Maybank Indonesia Myrdal Gunarto. Dalam keterangan tertulisnya ia mengatakan, nilai tukar rupiah rill terhadap dolar AS masih belum menyentuh Rp 16 ribu. 

"Itu karena pasar kita masih libur. Nah, pelemahan Rupiah kita terhadap dolar AS yang sudah menembus Rp 16 ribu bisa jadi dikarenakan mekanisme transaksi yang terjadi di pasar luar negeri, seperti di pasar nondelivarble forward (NDF) Singapura. Itu pun rupiah terlihat melemah karena posisi dolar AS yang tengah menguat secara global maupun regional Asia," terangnya.

Ia memprediksi pada Selasa (16/4/2024) besok, rupiah kemungkinan akan bergerak menyesuaikan dengan tren penguatan dolar AS secara global, di mana investor global akan melakukan aksi outflow dengan profit taking di pasar obligasi domestik. Obligasi seri benchmark, seperti FR0100 maupun FR0101, beserta yang seri tenor pendek akan menjadi seri favorit yang akan dijual oleh investor global, baik dari sisi investor fund manager maupun dari pihak Central Bank negara lain yang menaruh uangnya di pasar obligasi Indonesia. 

"Bagi investor fund manager tentu mereka akan melakukan aksi safe haven measures maupun arbitrage investment. Nah bagi investor Central Bank negara lain, maka mereka akan berusaha menarik dolar AS di Indonesia untuk mengisi suplai dolar AS bagi kebutuhan intervensi nilai tukarnya," kata dia.

Dengan kondisi tersebut, BI kemungkinan akan kembali mengandalkan cadangan devisanya untuk melakukan intervensi di pasar Spot Rupiah, DNDF, maupun pasar sekunder obligasi domestik. Secara realita, posisi suplai dolar AS di dalam negeri saat ini juga tengah menurun seiring surplus neraca dagang yang menurun dengan nilai current account deficit yang berangsur melebar dan tren outflow pasar obligasi yang terus terjadi. 

"Kalaupun ada inflow, kemungkinan pelaku pasar keuangan akan masuk ke pasar instrumen keuangan BI, seperti SRBI maupu SVBI, dan SUVBI dan juga pasar saham yang porsi net inflownya tidak sebesar net outflow di pasar surat utang negara domestik," terangnya.

Instrumen keuangan BI yang bertenor pendek kurang dari setahun menawarkan imbal hasil relatif menarik. Sementara, pasar saham domestik terlihat menarik, terutama dari emiten sektor komoditas pangan, perkebunan, maupun batu bara dan mining yang valuasinya terlihat lebih atraktif karena permintaan maupun harga komoditas ini meningkat di pasaran global.

Sementara itu, Riset Kiwom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer mengatakan, nilai tukar rupiah yang kembali anjlok pada akhir-akhir ini disebabkan salah satunya oleh cadangan devisa indonesia per maret 2024 yang tercatat kembali mengalami pelemahan. Salah satunya diakibatkan oleh pembayaran utang.

"Posisi cadangan devisa Maret 2024 setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," kata Miftahul.

Selain itu, kekhawatiran akan memburuknya konflik di Timur Tengah, juga ikut menekan nilai tukar rupiah. Sementara dari aisi nilai tukar rupiah yang melemah, mata uang dolar AS juga terlihat menguat akhir akhir-akhir ini.

"Salah satu kami nilai kami lihat merupakan respons terhadap tingkat inflasi Maret yang naik ke angka 3,5 persen di mana kenaikan suku bunga akan membuat potensi dari penurunan suku bunga di Amerika dalam jangka waktu dekat ini semakin kecil, hal ini kemudian berimbas pada capital outflow dari negara negara yang lebih beresiko dibandingkan Amerika," terangnya.

"Kami kira pelemahan nilai tukar rupiah akan menjadi katalis yang cukup negatif terhadap arah pergerakan market pada awal pekan ini, terlebih lagi secara teknikal JCI sudah memasuki area resistancenya," tambahnya.

Selama hampir dua pekan ini Bank Indonesia (BI) secara internal tidak bisa melakukan intervensi. Begitupun dengan data ekonomi Indonesia yang tidak bisa dirilis karena bersamaan dengan libur Lebaran atau hari raya Idul Fitri. Diketahui, pasar keuangan domestik baru akan dibuka pada Selasa (16/4/2024) besok.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement