Ahad 14 Apr 2024 19:52 WIB

Iran Serang Israel, Ini Potensi Dampaknya untuk Ekonomi Global

Ketegangan Israel dan Iran akan memberikan dampak signifikan terhadap ekonomi global.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ahmad Fikri Noor
Ledakan terlihat di langit Yerusalem, menyusul serangan dari Iran, Ahad (14/4/2024).
Foto: Mohammad Hamad/Anadolu
Ledakan terlihat di langit Yerusalem, menyusul serangan dari Iran, Ahad (14/4/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketegangan yang sedang berlangsung antara Israel dan Iran dinilai berpotensi memberikan dampak signifikan pada ekonomi global. Terutama di pasar-pasar negara berkembang seperti Indonesia. 

Keprihatinan utamanya yakni gangguan pasokan minyak. Dijelaskan, itu bisa menyebabkan lonjakan harga minyak karena Selat Hormuz yang berada di antara semenanjung Musandam Oman dan Iran merupakan jalur perdagangan vital bagi ekspor minyak.

Baca Juga

"Ini dapat berdampak merambat pada ekonomi global, termasuk Indonesia yang sangat bergantung pada impor minyak. Dalam seminggu terakhir pergerakan dari nilai harga minyak berada di kisaran 85 dolar AS per barel," ujar pengamat ekonomi Yusuf Rendy Manilet kepada Republika, Ahad (14/4/2024).

Kondisi tersebut, kata dia, relatif berada di atas asumsi makro untuk harga minyak yang ditetapkan oleh pemerintah berada di kisaran 82 dolar AS per barel. jika sentimen maupun perang ini terus berlangsung dalam periode tidak sebentar, maka menurutnya, periode harga minyak tinggi akan terjadi.

"Karena kita tahu Iran merupakan salah satu produsen minyak global. Hal ini tentu menjadi perhatian negara-negara dan importir minyak seperti Indonesia di mana dalam kondisi tertentu penyesuaian kebijakan terutama kebijakan fiskal tentu perlu dilakukan untuk merespon kenaikan harga minyak itu," tutur dia.

Ia melanjutkan, konflik juga dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang di Indonesia. Itu karena investor kemungkinan mencari aset lebih aman, sehingga berpotensi menyebabkan penurunan nilai rupiah Indonesia.

Tingkat volatilitas rupiah tersebut, sambung dia, akan lebih tinggi dibandingkan beberapa bulan lalu dan kondisi depresiasi yang dialami oleh nilai tukar rupiah per peluang akan terjadi lebih lama. "Bank Indonesia dalam hal ini juga saya kira akan lebih aktif di pasar valas untuk melakukan intervensi nilai tukar rupiah mengingat 3 itu tidak dilakukan maka Saya khawatir depresiasi akan terjadi lebih dalam lagi dibandingkan kondisi saat ini," jelas Yusuf.

Dalam kasus konflik langsung antara Iran dan Israel, lanjut dia, situasinya bisa eskalasi lebih jauh, menyebabkan perang yang lebih luas di Timur Tengah. Ini bisa potensial menjatuhkan ekonomi global ke dalam resesi. 

Dampaknya pada sentimen investor akan signifikan, karena ketidakpastian dan volatilitas dapat menyebabkan penurunan aktivitas investasi. Meski begitu, jelas Yusuf, dalam konteks sentimen investasi ada faktor lain yang juga ikut memengaruhi psikologi investor dan dalam konteks Indonesia sebenarnya faktor-faktor tersebut relatif tidak terlalu berpengaruh buat Indonesia misalnya faktor dari stabilisasi ekonomi dalam jangka panjang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement