Senin 01 Apr 2024 21:35 WIB

Hasil Riset, Rumah di Kawasan Bogor Alami Kenaikan Paling Tinggi

Rumah di Bogor alami kenaikan paling tinggi dibandingkan kota-kota lainnya.

Foto udara gedung apartemen dan perumahan mewah di atas mal (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
Foto udara gedung apartemen dan perumahan mewah di atas mal (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil riset Rumah123 mengungkapkan Bogor mengalami kenaikan harga rumah tertinggi di Jabodetabek hingga 6,4 persen, disusul Tangerang (2,6 persen), Bekasi (1,9 persen), Depok dan Jakarta (1,4 persen).

Head of Research Rumah123 Marisa Jaya dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (1/4/2024), menyebutkan Kota Hujan tersebut juga memiliki selisih pertumbuhan harga tertinggi di atas inflasi tahunan di kawasan Jabodetabek, yakni 3,4 persen.

Baca Juga

Sementara kota lain di Indonesia dengan selisih pertumbuhan harga tertinggi di atas inflasi tahunan pada bulan ini adalah Denpasar (19,3 persen) dan Medan (1,3 persen).

"Bogor, yang unggul di wilayah Jabodetabek, semakin menarik bagi para investor properti untuk meraih keuntungan jangka panjang. Kota ini juga semakin diminati sebagai tempat tinggal utama, karena minat yang tinggi terhadap proyek-proyek hunian yang dikembangkan sejumlah pengembang terkemuka," ujar Marisa Jaya.

Marisa merinci dalam tiga bulan terakhir, masyarakat yang mencari hunian di Bogor masih didominasi preferensi rentang harga Rp400 juta-Rp1 miliar (33,74 persen), Rp1 miliar-Rp3 miliar (26,79 persen) dan di bawah Rp400 juta (26,56 persen).

Adapun wilayah yang paling diminati di Bogor adalah Babakan Madang (14,97 persen), Cibinong (9,11 persen), Cileungsi (5,46 persen), Gunung Putri (5,27 persen) dan Bojonggede (4,18 persen). Sebagai informasi, secara keseluruhan juga terdapat tren peningkatan harga rumah di Indonesia sebesar 2,4 persen pada Februari 2024 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Lebih lanjut, Marisa menjelaskan di wilayah luar Jabodetabek, tiga kota di Pulau Jawa mengalami kenaikan harga tahunan, yakni Semarang (3,3 persen), Surabaya (2,8 persen), Surakarta (2,7 persen), dan Bandung (1,1 persen).

“Kombinasi potensi pariwisata dan pertumbuhan industri yang kuat membuat Semarang semakin menjanjikan sebagai pilihan lokasi hunian yang menarik dan berpotensi untuk pertumbuhan kehidupan ekonomi yang berkelanjutan,” ungkap Marisa.

Sementara itu, di luar Pulau Jawa, kenaikan harga lagi-lagi dipimpin oleh Denpasar (12 persen), diikuti Medan (5,2 persen), dan Makassar (0,3 persen). Berdasarkan data pertumbuhan tahunan median harga rumah berdasarkan rentang ukuran, Rumah123 mengidentifikasi segmen rumah dengan rentang ukuran di bawah 60 meter persegi dan 60-90 meter persegi mengalami pergerakan median harga yang cukup signifikan.

Pertumbuhan median harga tertinggi untuk rumah dengan luas di bawah 60 meter persegi terdapat di Bandung, yang mencapai 34,1 persen dengan median harga sebesar Rp590 juta. Sedangkan di rentang 60-90 meter persegi, pertumbuhan tertinggi terdapat di Denpasar, yakni sebesar 38,2 persen dengan median harga mencapai Rp1,3 miliar.

Di kuartal I-2024 ini, kenaikan signifikan dalam harga rumah dengan rentang luas di bawah 60 meter persegi dan rentang 60-90 meter persegi kemungkinan dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Misalnya, permintaan yang tinggi terutama di perkotaan yang strategis dengan didukung akses fasilitas dan layanan umum, seperti tempat kerja, pusat perbelanjaan, sekolah hingga transportasi; serta harga rumah dan biaya pemeliharaan yang lebih terjangkau.

“Bisa juga disebabkan dengan dinamika gaya hidup yang mendorong preferensi rumah ukuran kecil, di mana mereka ingin serba praktis, memaksimalkan setiap ruang dengan cara yang unik," katanya.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement