Kamis 28 Mar 2024 22:53 WIB

BI Catat Aliran Modal Asing Keluar RI Rp 1,36 Triliun

Erwin mengatakan nonresiden jual neto Rp 33,31 triliun di pasar SBN.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ahmad Fikri Noor
Logo Bank Indonesia.
Foto: Antara
Logo Bank Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) melaporkan terdapat aliran modal asing keluar pasar RI pada pekan keempat Maret 2023. Berdasarkan data transaksi 25-27 Maret 2024, nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp 1,36 triliun. 

“Ini terdiri dari beli neto Rp 0,97 triliun di pasar SBN, jual neto Rp 1,59 triliun di pasar saham, dan jual neto Rp 0,74 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI),” kata Asisten Gubernur Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam pernyataan tertulisnya, Kamis (28/3/2024). 

Baca Juga

Selama 2024, berdasarkan data setelmen hingga 27 Maret 2024, Erwin mengatakan nonresiden jual neto Rp 33,31 triliun di pasar SBN. Begitu juga dengan beli neto Rp 28,90 triliun di pasar saham dan beli neto Rp 20,05 triliun di SRBI.

Selain itu, BI juga mencatat premi credit default swap (CDS) Indonesia lima tahun per 27 Maret 2024 sebesar 71,39 basis poin (bps). "Premi CDS Indonesia ini naik dibandingkan 22 Maret 2024 sebesar 70,90 bps," ucap Erwin. 

Bank Indonesia juga mencatat yield SBN 10 tahun naik ke level 6,70 persen pada akhir Kamis (27/3/2023). Lalu, pada Jumat (28/3/2024), yield SBN 10 tahun naik ke level 6,73 persen.

Sementara itu, rupiah ditutup pada level Rp 15.850 per dolar AS pada Kamis (27/3/2024). Selanjutnya, rupiah dibuka pada level Rp 15.860 per dolar AS pada Jumat (28/3/2024).

Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Erwin memastikan Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan. "Hal ini untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," ujar Erwin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement