Rabu 20 Mar 2024 14:17 WIB

Analis: Investor Ekspektasikan Fed Mulai Dovish di Akhir Kuartal II

Data-data perekonomian AS belum mencapai target yang diinginkan The Fed.

Pekerja berada didekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) usai pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2024 di Jakarta, Selasa (2/1/2024).
Foto: Republika/Prayogi
Pekerja berada didekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) usai pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2024 di Jakarta, Selasa (2/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana alias Didit, menyampaikan pelaku pasar berekspektasi bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed baru akan bersikap dovish paling cepat pada akhir kuartal II 2024.

"Investor berekspektasi Juni-Juli 2024 The Fed akan melakukan cut rate, setelah sempat beredar ada cut rate pada Maret ini," ujar Didit saat dilansir Antara di Jakarta, Rabu (20/3/2024).

Baca Juga

Sebenarnya, menurut Didit, pelaku pasar berharap ada pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed dalam pertemuan The Federal Open Market Committee (FOMC) pada Rabu (20/3/2024) waktu AS. Namun, data- data perekonomian AS termasuk inflasi yang baik, masih belum mencapai target yang diinginkan oleh The Fed.

"Namun, melihat rilis data yang meskipun dapat dikatakan baik tetapi belum mencapai target yang diinginkan," ujar Didit.

Karena itu, ia memperkirakan belum akan perubahan terhadap Fed Fund Rate (FFR) pada Maret ini. "Secara konsensus diperkirakan belum ada perubahan terhadap The Fed, yang nampaknya masih sejalan dengan ekspektasi investor setelah beberapa waktu lalu dalam FOMC Meeting telah dijabarkan akan kebijakan The Fed ke depan," ujar Didit.

Seiring proyeksi terhadap The Fed itu, ia memperkirakan Bank Indonesia (BI) juga akan tetap mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 6 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Rabu (20/3) siang ini. Ruang penurunan suku bunga BI diperkirakan terbuka pada semester II 2024, dengan tetap memperhatikan tekanan inflasi domestik dan prospek penurunan suku bunga global.

Dengan demikian, Didit memperkirakan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih cenderung akan terkoreksi terlebih dahulu di tengah belum akan pemangkasan suku bunga acuan, baik tingkat global maupun lokal. "Pada worstcase-nya akan menguji area support di 7.238," ujar Didit.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement