Rabu 28 Feb 2024 15:13 WIB

Konsumsi Beras Naik Saat Ramadhan, Bapanas: Ada Tambahan Stok 3,5 Juta Ton

Dia menyatakan, stok yang tersedia mampu memenuhi kebutuhan tersebut.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ahmad Fikri Noor
Pekerja memasukkan beras ke dalam karung di gudang Bulog Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (27/2/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Arif Firmansyah
Pekerja memasukkan beras ke dalam karung di gudang Bulog Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (27/2/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pangan Nasional (Bapanas/NFA) menegaskan, stok beras aman jelang Ramadhan dan Idul Fitri. Itu karena, akan ada tambahan stok sekitar 3,5 juta ton dari hasil panen raya yang dimulai Maret mendatang.

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan, biasanya konsumsi beras saat Ramadhan naik 20 sampai 30 persen. Meski begitu, dirinya menyatakan, stok yang tersedia mampu memenuhi kebutuhan tersebut.

Baca Juga

Ia bersama Bulog dan Satgas Pangan Polda Metro Jaya pun memantau langsung ketersediaan beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta. "Ini sesuai arahan Bapak Presiden untuk memastikan pasokan beras cukup. Stok di PIBC adalah kombinasi termasuk dari Bulog untuk mengganjal sebelum panen Maret nanti, insya Allah panennya nanti akan 3,5 juta ton," jelas Arief kepada wartawan di PIBC, Rabu (28/2/2024).

Melalui panen tersebut, kata dia, harga gabah pun akan berangsur turun. Dari yang sebelumnya di angka Rp 8.600-8.700 per kilogram (kg) akan turun menjadi Rp 8.000 per kg, lalu akan turun lagi hingga sekitar Rp 6.500 per kg.

“Di bulan puasa nanti akan terkoreksi, jadi malah kebalikannya, nanti yang harus dijaga harga di tingkat petani. Tugas pemerintah yang pertama menjaga harga beras di hilir untuk masyarakat kita yang lebih dari 270 juta. Kemudian juga harus menjaga harga di tingkat produsen," tutur dia.

Jangan sampai, sambungnya, ada isu pemerintah tidak peduli terhadap gabah petani. Dirinya menegaskan, harga gabah pasti akan turun seiring berjalannya panen, maka kata dia, bahasanya bukan harga anjlok.

Arief menyebutkan, arahan Presiden Joko Widodo ke Bapanas yaitu terwujudnya keseimbangan dan harga yang baik dan wajar mulai dari hulu sampai hilir. Maka, ia berkomitmen saat panen padi mengalami eskalasi, baik harga di hulu dan hilir bisa terkoreksi kembali menemui keseimbangan yang baik dan wajar.

“Angka di hulu itu setelah HPP (Harga Pokok Produksi) dan harus ada margin. Sementara di hilir, perlu ada kombinasi dan ini harus diseimbangkan. Saya ulangi sekali lagi ya, kalau nanti ada isu harga anjlok karena panen, tapi angkanya itu tetap harus di atas HPP plus margin yang dimiliki oleh petani. Ini yang harus terus dijaga,” tegas Arief. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement