Selasa 06 Feb 2024 20:08 WIB

KAI Commuter Siapkan Strategi Angkut Sejuta Penumpang

Impor KRL dari China merupakan salah satu langkah KCI menghadapi hal itu.

KRL Commuter Line dipasangkan bendera merah putih di Stasiun Jakarta Kota, Jumat (18/8/2023).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
KRL Commuter Line dipasangkan bendera merah putih di Stasiun Jakarta Kota, Jumat (18/8/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kereta Commuter Indonesia atau KAI Commuter telah menyiapkan strategi untuk mengangkut sejuta penumpang pada semester II tahun 2024.

Sekretaris Perusahaan KAI Commuter Anne Purba menyampaikan pengadaan tiga kereta rel listrik (KRL) dari China merupakan salah satu langkah untuk menghadapi lonjakan jumlah penumpang. "Kenapa tadi ada tiga KRL impor? Karena tahun ini kita sudah mendekati sampai 1 juta (penumpang), bahkan nanti di semester II-2024, kita sudah mencapai 1 juta penumpang untuk prediksinya," ujar Anne di Jakarta, Selasa (6/2/2024).

Baca Juga

KAI Commuter juga telah menyusun strategi untuk jangka panjang, khususnya dalam menangani persiapan 2 juta penumpang pada 2025-2026.

Menurut Anne, sejak adanya pembangunan LRT yang terkoneksi dengan Stasiun Cawang dan Stasiun BNI City, jumlah penumpang KRL naik hingga 32 persen.

"Pada tahun 2025-2026 sebenarnya pemerintah meminta kita menargetkan bagaimana kita mengangkut 2 juta orang makanya kita disiapkan untuk membeli  KRL baru yang 16 itu, untuk menambah kapasitas kemudian yang impor itu untuk mengantisipasi hal itu," kata Anne.

Dalam pemenuhan KRL tersebut, KAI Commuter juga sudah menandatangani kerja sama pengadaan sarana KRL di antaranya pengadaan 16 rangkaian sarana KRL baru oleh PT INKA dengan total investasi Rp 3,83 triliun. Berikutnya, pengadaan 19 rangkaian KRL retrofit oleh INKA dengan total investasi Rp 2,23 triliun.

Terakhir, pengadaan tiga rangkaian KRL baru impor oleh CRRC Sifang dengan total investasi Rp 783 miliar. Adapun seluruh pembiayaannya dari pinjaman KAI Commuter, shareholder loan dari PT KAI, dan bantuan dari pemerintah melalui penyertaan modal negara (PMN).

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement