Ahad 28 Jan 2024 14:11 WIB

Boikot oleh Anak Muda, Starbucks Hingga McDonald Kian Sepi

McDonald menyalahkan misinformasi yang beredar dan menekan bisnis mereka.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Fuji Pratiwi
Logo Starbucks
Foto: AP/Gene J Puskar
Logo Starbucks

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Boikot besar-besaran terhadap sejumlah merek mulai dari Starbucks, McDonald hingga Coca-cola telah berdampak terhadap pendapatan perusahaan waralaba asal Amerika Serikat tersebut di Timur Tengah.

Tren boikot merek-merek tersebut di Timur Tengah tersebut kian kencang didorong kemarahan terhadap AS dan Eropa. Negara-negara itu dinilai tidak berbuat lebih banyak untuk membuat Israel mengakhiri serangannya di Gaza. Sehingga banyak pembeli di wilayah tersebut serta negara-negara Muslim menghindari merek-merek besar asing dan kini beralih ke produk lokal.

Baca Juga

Seperti seorang mahasiswa komunikasi di Kairo, Nayera Ahmed, telah berhenti membeli produk atau mendatangi Starbucks di wilayah tersebut sejak perang Israel-Hamas dimulai pada 7 Oktober 2023. Jaringan kedai kopi Amerika ini telah muncul dalam beberapa daftar boikot konsumen yang beredar di media sosial Mesir.

"Saya dan teman-teman, dulunya selalu pergi ke Starbucks, sekarang sayang sekali jika kami tak terlihat di salah satunya. Setidaknya hanya itu yang bisa kami lakukan. Mengapa saya membeli dari perusahaan-perusahaan Barat ini?" kata Ahmed dilansir Bloomberg, Ahad (28/1/2024).

Aksi Ahmed dan kalangan muda lainnya saat ini menjadi tren di beberapa wilayah Timur Tengah dan negara lainnya. Di Kairo, banyak kedai Starbucks dan McDonald’s yang biasanya ramai dikunjungi pelanggan kini sepi. Hal ini membuat produsen merek soda lokal Mesir meningkat penjualannya tiga kali lipat sejak perang dimulai karena konsumen menghindari Coca-Cola dan Pepsi.

McDonald's akui boikot pengaruhi pendapatan ...

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement