Selasa 09 Jan 2024 14:44 WIB

BUMN Pangan Sebut Gudang Penyimpanan Jaga Stabilitas Harga Bawang

Rata-rata kendala yang dihadapi komoditas bawang merah adalah rendahnya harga panen.

Rata-rata kendala yang dihadapi untuk komoditas bawang merah adalah rendahnya harga saat panen raya. (ilustrasi)
Foto: Republika/Thoudy Badai
Rata-rata kendala yang dihadapi untuk komoditas bawang merah adalah rendahnya harga saat panen raya. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau ID FOOD, Holding BUMN Pangan menyebut diperlukan gudang penyimpanan berkapasitas besar untuk menjaga pasokan komoditas bawang merah.

Direktur Utama ID FOOD Frans Marganda Tambunan mengatakan rata-rata kendala yang dihadapi untuk komoditas bawang merah adalah rendahnya harga saat panen raya dan tingginya harga setelah sebulan panen. Oleh karenanya, gudang penyimpanan dibutuhkan untuk mencegah kelangkaan dan kenaikan harga bawang.

Baca Juga

"Harus ada pihak yang offtaker (pemasok) dan menyimpan bawang merah untuk dikeluarkan saat off season (bukan musim panen)," ujar Frans dalam keterangannya dikutip di Jakarta, Selasa (9/1/2024).

Frans menyampaikan ID FOOD telah bekerja sama dengan beberapa pihak untuk membuat konsep agar bawang merah tetap terjaga pasokannya dan harga tetap stabil walau bukan musim panen. Menurut Frans, hasil panen raya bisa disimpan sebagian dalam gudang khusus dan didistribusikan ke daerah-daerah yang kekurangan bawang merah.

"Disimpan di control room storage. Kemudian dengan data yang kita dapat dari Bapanas (Badan Pangan Nasional), atau Bank Indonesia, nanti kita bisa mobilisasi bawang dari daerah surplus ke defisit," kata Frans.

Menurut Frans, setiap provinsi harus memiliki gudang hub untuk bisa saling mengisi kekosongan komoditas tertentu, sehingga pasokan dapat terus terjaga dan terjadi kestabilan harga.

"Kita harus punya beberapa hub, misal bawang merah, tidak hanya hub di Brebes, harus ada di Sumatera, Sulawesi agar bisa mewakili atau mengcover, beberapa daerah yang tiap tahun rata-rata kapan mereka membutuhkan," ucap Frans.

Sementara itu, berbeda dengan komoditas bawang merah yang hampir 100 persen diproduksi dalam negeri, bawang putih masih harus mengandalkan impor. Menurut Frans, iklim di Indonesia cukup sulit untuk menanam bawang putih, walau di beberapa daerah telah berhasil melakukannya seperti Tegal, Temanggung dan Nusa Tenggara Barat.

Namun demikian, petani diharapkan tetap menanam bawang putih untuk mengurangi importasi. "Kalau bicara bawang putih, mungkin agak sulit kalau kita menghilangkan impor. Tapi paling tidak, kita punya tujuan mengurangi importasi," kata Frans.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement