Selasa 09 Jan 2024 07:20 WIB

Parpol Pilih Bayar Buzzer dan Influencer, Penjualan UMKM Konveksi Anjlok

Penurunannya berkisar 40 persen sampai 90 persen.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ahmad Fikri Noor
Pedagang merapikan kaos kampanye pasangan capres dan cawapres 2024 bernuansa kartun di salah satu toko pakaian di Blok M Square, Jakarta, Senin (8/1/2024).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pedagang merapikan kaos kampanye pasangan capres dan cawapres 2024 bernuansa kartun di salah satu toko pakaian di Blok M Square, Jakarta, Senin (8/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop) mengungkapkan, pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), khususnya di bidang konveksi dan sablon, mengalami penurunan penjualan pada momentum Pemilihan Umum (Pemilu) tahun ini. Itu karena, mereka tidak banyak mendapat pesanan alat peraga kampanye.

Kemenkop menyebutkan, penurunannya berkisar 40 persen sampai 90 persen dibandingkan Pemilu 2019. Angka itu disampaikan oleh Kemenkop setelah mewawancarai sekitar 15 pedagang konveksi di Pasar Tanah Abang dan PD Jaya Pasar Senen, Jakarta.

Baca Juga

"Peserta Pemilu mengalokasikan dananya untuk memanfaatkan media sosial, buzzer, ataupun influencer buat kampanye," ujar Deputi Bidang Usaha Mikro Kemenkop Yulius kepada wartawan di kantornya, Senin (8/1/2024).

Itu menyebabkan, penjualan UMKM konveksi lebih baik pada Pemilu 2019 silam. Walau masih ada pesanan atau permintaan, namun kata dia, tidak sebanyak pemilu sebelumnya. Ia kemudian memerinci beberapa faktor yang menyebakan omzet tersebut anjlok.

Di antaranya partai peserta pemilu sudah memesan produk untuk kampanye melalui pelaku usaha mitra dari partai tersebut. Kemungkinan kedua, jangka waktu kampanye pemilu tahun ini yang singkat, hanya selama 2,5 bulan sedangkan periode pemilu sebelumnya selama enam bulan.

Lalu, harga penjualan produk untuk kampanye secara online lebih murah. "Kemudian, adanya tren kampanye yang dilakukan secara online," kata Yulius.

Selanjutnya, peserta pemilu lebih memilih membagikan sembako atau uang tunai dibandingkan membagikan kaos.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement