REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Chaikal Nuryakin menyampaikan, kondisi pertumbuhan perekonomian Indonesia dalam dua dekade terakhir tidak pernah jauh dari 5 persen. Pertumbuhan kredit per tahun juga tidak pernah lebih dari 15 persen, bahkan partisipasi kerja perempuan mentok di angka 54 persen
Selain itu, rasio pajak terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tidak pernah melampaui 11 persen. Bahkan hanya 9,9 persen dalam satu dekade terakhir. Kontribusi industri juga terus menurun dan hanya sekitar 18 persen terhadap PDB. Hal itu disertai kemiskinan ekstrem yang persisten di tingkat 1,7 persen.
“Jadi isu-isu pembangunan saat ini dan ke depan harus dipetakan. Tentu saja kami juga menawarkan reformulasi kebijakan yang optimal untuk jangka pendek dan pencapaian jangka panjang,” katanya dalan keterangan, Selasa (31/10/2023).
Oleh karenanya, LPEM FEB UI l meluncurkan white paper yang bertema ‘Dari LPEM Bagi Indonesia: Agenda Ekonomi dan Masyarakat Indonesia 2024-2029; Langkah Prioritas untuk Pemerintahan Masa Depan’. Dalam white paper ini dituangkan narasi perekonomian Indonesia melalui 14 artikel yang telah disusun untuk menanggapi berbagai permasalahan perekonomian yang terjadi di Tanah Air dan proyeksi di masa datang.
Mengingat, pada 14 Februari 2024 masyarakat Indonesia akan mengadakan hajatan demokrasi terbesar pemilihan umum kepala daerah, dan presiden. Oleh karena itu, peluncuran white paper ini mengundang perwakilan tim pemenangan tiga pasangan capres dan cawapres.
Harapannya memberikan gambaran untuk pemerintahan mendatang dalam menyederhanakan pembuatan kebijakan. Sehingga mendorong Indonesia menjadi negara berpenghasilan tinggi.
“Lima tahun kedepan adalah lima tahun pertama dalam 20 tahun pencapaian visi Indonesia Emas 2045. Sebagai negara kepulauan besar yang unik dengan keragaman agama, suku-budaya, dan norma sosial, membawa 278 juta penduduk Indonesia melalui koridor sempit untuk menjadi negara maju adalah tidak mudah. Transisi demografi, transisi digital, transisi energi, dan fragmentasi global menambah kompleksitas dalam perencanaan pembangunan,” ungkap Chaikal.