Kamis 19 Oct 2023 14:48 WIB

BI Naikkan Suku Bunga Jadi Enam Persen

Kenaikan suku bunga guna antisipasi perlambatan ekonomi dan kondisi geopolitik global

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Fuji Pratiwi
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.
Foto: AP Photo/Tatan Syuflana
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mengungkapkan ekonomi global masih mengalami perlambatan. Selain itu, kondisi geopolitik juga memanas. Mengatasi hal tersebut, BI pada hari ini (19/10/2023) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18 dan 19 Oktober 2023, memutuskan untuk menaikan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi enam persen," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG Bulanan BI Oktober, Kamis (24/8/2023).

Baca Juga

Dia menambahkan, suku bunga deposit facility juga naik 25 bps menjadi 5,25 persen. Lalu, juga suku bunga lending facility juga masih tetap sebesar 6,75 persen.

"Kenaikan ini untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dari meningkatnya ketidakpastian global sehingga inflasi tetap terkendali," ujar Perry.

Sebelumnya, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira juga proyeksi suku bunga BI akan naik 25 bps. Hal tersebut sebagai respons atas pelemahan kurs rupiah.

"Kenaikan suku bunga diperlukan untuk kendalikan nilai tukar rupiah," kata Bhima kepada Republika.co.id, Rabu (19/10/2023).

Meskipun neraca dagang masih surplus dan cadangan devisa masih 134,9 miliar dolar AS, Bhima mengatakan tekanan eksternal akibat konflik geopolitik Ukraina ditambah Israel-Hamas bisa memicu pelemahan kurs lebih jauh. Selain itu, Bhima menyebut spread atau selisih bunga The Fed dan BI 7DDR terpantau makin menyempit.

"Kondisi ini kurang ideal dalam menjaga aliran modal di portfolio khususnya dari investor asing," ujar Bhima. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement