REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Selain kesehatan, kategori asuransi mikro dan asuransi perjalanan juga diperkirakan akan tumbuh dalam lima tahun ke depan.
Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Budi Herawan di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Jumat (13/10/2023), menyampaikan, masyarakat yang menggunakan layanan InsurTech sangat puas dengan kenyamanan yang ditawarkan serta kemudahan menyelesaikan pembayaran dengan cepat. "Selain itu, opsi pembayaran premi dengan harga yang kompetitif dan proses pengumpulan klaim yang lebih mudah menjadi pendorong utama pertumbuhan," ujar Budi.
Di sisi lain, kurangnya produk yang komprehensif dan customizable terbukti menjadi hambatan besar bagi adopsi InsurTech. Untuk memanfaatkan potensi pasar Indonesia, maka diperlukan kemitraan dan pendekatan omnichannel.
Perusahaan InsurTech memiliki pula peluang besar untuk memanfaatkan data melalui embedded insurance. Misalnya, asuransi mobil dapat dibebankan berdasarkan jarak tempuh. Ketika pemakaian dapat dipantau dan diasuransikan secara real time, maka proses penagihan klaim juga akan menjadi lebih cepat.
Meskipun penawaran yang ada saat ini menurunkan biaya operasional melalui otomatisasi, penawaran tersebut dapat ditingkatkan lebih lanjut untuk meningkatkan akuisisi pengguna. "Pemain InsurTech juga dapat memperluas pasar mereka dengan bermitra dengan pemain offline. Arena bermain yang lebih besar, reformasi kebijakan fiskal, perubahan demografi Indonesia, transformasi digital telah menjadikan Indonesia sebagai pasar yang canggih bagi industri kita yang harus dipandu oleh kebijakan yang tepat bagi semua pihak," ungkap Ketua AAUI.