Kamis 12 Oct 2023 10:03 WIB

Analis: Rupiah akan Datar Cenderung Menguat Hari Ini

Dolar AS sendiri melemah setelah Fed menunjukkan sikap hati-hati.

Warga menunjukan uang tunai baru usai menukarkannya di layanan kas keliling  Bank Indonesia di kawasan Pasar Tebet Barat, Jakarta, Selasa (28/3/2023).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Warga menunjukan uang tunai baru usai menukarkannya di layanan kas keliling Bank Indonesia di kawasan Pasar Tebet Barat, Jakarta, Selasa (28/3/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis pasar mata uang Lukman Leong memperkirakan rupiah akan bergerak datar dengan kecenderungan menguat terbatas terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pascarisalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang less hawkish.

"Dolar AS sedikit melemah setelah pada risalah pertemuan FOMC, menunjukkan The Fed cenderung berhati-hati dan mengkhawatirkan dampak suku bunga tinggi pada ekonomi," ujar dia di Jakarta, Kamis (12/10/2023).

Baca Juga

Artinya, The Fed hanya melihat tingkat suku bunga acuan AS saat ini sudah cenderung cukup untuk menurunkan inflasi. Karena itu, investor sedang wait and see menantikan data inflasi malam ini yang diperkirakan menurun ke kisaran 3,6 persen pada September 2023 dari bulan sebelumnya 3,7 persen.

"Rupiah hari ini diperkirakan berkisar Rp 15.650-Rp 15.750 per dolar AS," kata Lukman.

Menurut CME FedWatch Tool, ekspektasi pasar terkait suku bunga bakal bertahan di akhir tahun terlihat meningkat dari 57 persen menjadi 74 persen. Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi menguat tipis 3 poin atau sebesar 0,02 menjadi Rp 15.967 per dolar AS dari sebelumnya Rp 15.700 per dolar AS.

Sebelumnya, Analis Bank Woori Saudara BWS Rully Nova menyampaikan bahwa kemungkinan suku bunga acuan akan bertahan hingga akhir tahun yang dipengaruhi pernyataan dovish dari The Fed. Dua pejabat The Fed, Raphael Bostic dan Neel Kashkari, menyampaikan bahwa The Fed tidak perlu kembali menaikkan suku bunga.

Mereka berdua memiliki alasan yang berbeda. Bostic khawatir terhadap perang Palestina melawan Israel, sedangkan Kashkari menyinggung imbal hasil obligasi AS yang sudah tinggi akan menurunkan inflasi.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement