REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan, mengatakan akan membuka impor jagung untuk industri sebanyak 250 ribu ton guna menekan harga jagung pakan ternak yang terus merangkak naik.
"Jagung memang berangsur-angsur, harga di tempat peternak naik. Oleh karena itu tadi ditambah, ditambah untuk impor jagung industri, ditambah 250 ribu ton," kata Zulhas, sapaan akrab Mendag, setelah rapat di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, kemarin.
Pembukaan keran impor tersebut, kata Zulhas, khusus untuk untuk jagung industri pakan ternak, dan dikecualikan untuk konsumsi.
Selain soal kenaikan harga jagung, rapat yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Senin ini juga membahas mengenai kenaikan harga beras dan gula. Zulhas menjelaskan bahwa dari sisi stok, beras mencukupi kebutuhan nasional. Namun, dia mengakui harga beras masih tinggi di berbagai daerah kecuali di Jakarta dan Jawa Barat.
Karena itu, pemerintah menjalin kerja sama atau perjanjian pengadaan beras dengan beberapa negara. Impor beras itu baru direalisasikan jika memang stok di dalam negeri tidak menucukupi.
"Tadi diputuskan kalau diperlukan ada kita bisa beli lagi beras itu, walaupun itu belum tentu dibawa kemari. Kita beli, pada waktu diperlukan baru diimpor," ujarnya.
Sedangkan untuk harga gula, kata Zulhas, memang harganya berangsur naik. Hal itu disebabkan realisasi impor yang minim dari rencana pada 2023 ini.
"Karena pelaku importir baru mengimpor gula itu kira-kira 30 persen," kata Zulhas.
Ia menjelaskan minimnya realisasi impor dari importir gula ini disebabkan harga gula yang lebih mahal di tingkat global ketimbang dalam negeri. Karena itu, Presiden Jokowi memerintahkan Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk melakukan penyesuaian agar harga gula dapat dikendalikan.
"Kalau belum turun maka harus impor. Jalan keluarnya gimana? Jalan keluarnya akan dipelajari Bapanas untuk disesuaikan. Satu dua hari akan ada penyesuaian-penyesuaian," kata Zulhas.