REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pertumbuhan ekonomi China masih mengalami perlambatan. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan dampak kondisi tersebut kepada Indonesia, khususnya ekspor, tidak akan signifikan.
"Kalau kita lihat ekspor kita dari 2017 makin ke sini mengalami kenaikan terlepas dari melambatnya ekonomi China," kata Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Kemenkeu Abdurohman di Grand Aston Puncak Bogor, Senin (25/9/2023).
Abdurohman menjelaskan, pada 2017 dimulainya perang dagang China dan Amerika Serikat (AS). Sejak itu, pertumbuhan ekonomi China mengalami perlambatan.
Meskipun ekonomi China mengalami perlambatan, Abdurohman menyebut ekspor Indonesia mengalami peningkatan. Peningkatan ekspor ke China juga mengalami kenaikan sejak 2021 dan cukup signifikan.
"Jadi, kalau di antara 2021 sampai 2007 produk dominan ekspor kita ke China adalah minyak mentah, minyak sawit, dan lainnya. Kalau kita lihat setelah hilirisasi digantikan, ada pergeseran ekspor dan ini ada dampak positifnya. Meskipun mereka melambat, permintaan produk terhadap industri masih cukup kuat," kata Abdurohman.
Dia menambahkan, ekspor Indonesia ke China juga masih tumbuh positif. Bahkan untuk 10 besar produk Indonesia masih tumbuh dalam enam bulan pertama tahun ini hingga 6,3 persen.
"Untuk total ekspor kita tumbuh positif ke China. Itu yang menjadi gambaran meski China akan mengalami perlambatan jangka panjang namun ekspor kita ke China cukup resilien," ujar Abdurohman.