REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Staf Ahli Bidang Keuangan dan Pengembangan UMKM Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Loto Srinaita Ginting menilai pelaku UMKM bisa menonjolkan keunikan agar bisa berdaya saing dengan produk buatan luar negeri yang dijual dengan harga murah.
“UMKM itu harus mencari keunikan dan keunggulan jadi semua pendatang baru akan menghadapi seolah-olah tidak ada pintu karena kalau kamu membuat baju, baju tenun ada, baju batik ada membuat tas juga sudah ada semua tapi selalu kamu bisa datang dengan keunikan,” kata Staf Ahli BUMN Loto pada konferensi pers Bazar UMKM untuk Indonesia di Jakarta, Jumat (22/9/2023).
Loto menilai upaya Kementerian Koperasi dan UKM dan Kementerian Perdagangan untuk membatasi barang impor untuk kebutuhan sehari-hari masuk ke dalam negeri merupakan sebuah langkah yang baik untuk melindungi produk buatan dalam negeri.
Namun, di satu sisi, ia meminta agar pelaku UMKM terus berinovasi dan inovatif dalam memproduksi suatu produk. Menurutnya, jika UMKM tidak bisa mengalahkan produk luar negeri karena dijual dengan harga terlalu murah, UMKM bisa meningkatkan kualitas dan keunikan yang akan menjadi daya jual produk.
“China misalnya banyak kaos tapi kamu datang dengan keunikan misalnya kaos dengan kombinasi batik. Nah kan China belum datang, kamu sudah datang dengan keunikan baru. Kemudian misalnya karena kamu laku, bisa lihat bisa dilihat atau dicontoh oleh orang lain kamu harus datang dengan ide lain,” ucapnya.
Adapun sebelumnya Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (MenKopUKM) Teten Masduki semangat untuk mencintai produk dalam negeri bisa membantu UMKM untuk berkembang dan tumbuh secara berkesinambungan.
Ia berkeinginan agar masyarakat Indonesia bisa mencontoh masyarakat Jepang yang memiliki falsafah, membeli produk dalam negeri adalah suatu cara untuk membantu negaranya menjadi bangsa yang besar.
Terlebih, kata Menteri Teten, peran UMKM dalam perekonomian Indonesia sangatlah besar, dengan 97 persen lapangan usaha disediakan oleh UMKM. Oleh karena itu jika sektor ini terdampak maka akan sangat memengaruhi perekonomian nasional.
Untuk bisa merebut pasar e-commerce yang dikuasai produk impor, Menteri Teten juga mendorong agar segera hadir regulasi yang lebih ketat. Pengaturan ekonomi digital, menurutnya sudah sangat mendesak untuk dilakukan.
Dijelaskannya, sudah banyak UMKM yang mengeluh karena sudah tidak bisa bersaing dengan produk dari China yang dijual dengan harga yang tidak masuk akal. Hal itu bukan lagi dumping, tapi predatory pricing.
“Pasar Tanah Abang sudah sepi. Brand skin care dan kosmetik lokal juga sekarang habis dibabat oleh produk impor, padahal sebelumnya pernah menguasai perdagangan digital di Tanah Air," katanya.