REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melihat potensi ekspor ke Amerika Serikat, Asosiasi Exportir Minyak Jelantah Indonesia (AEMJI) mengejar pengumpulan minyak jelantah dari hotel hingga pedagang kaki lima (PKL).
AEMJI mengembangan Sistem Informasi Minyak Jelantah (Simijel) yang merupakan platform digital berbasis data geotag location bersama PT Incore System Solutions.
Ketua AEMJI Setiady Goenawan mengungkapkan Simijel masih dalam tahap awal pengembangan dalam penerapan digitalisasi rantai pasok minyak jelantah. Sistem tersebut telah mencakup 4.000 titik (outlet) termasuk restoran, hotel, catering dan pedagang kaki lima sebagai titik sumber minyak jelantah.
Simijel juga telah merekam data pengumpulan minyak jelantah untuk kebutuhan ekspor sekitar 800 metrik ton per bulan hingga saat ini. "Cakupan ini akan terus kita kejar hingga bisa menjangkau seluruh anggota AEMJI dengan perkiraan volume ekspor mencapai 20 ribu metrik ton per bulan," kata Setiady di Jakarta, Kamis (21/9/2023).
AEMJI, lanjut Setiady, mendukung pengolahan limbah minyak jelantah menjadi bahan baku industri greenfuel sebagai solusi pengurangan emisi karbon, mitigasi dampak perubahan iklim dan optimalisasi devisa negara dari substitusi impor BBM dan ekspor greenfuel.
Simijel juga mulai diintegrasikan dengan Veriflux, penyedia platform teknologi informasi asal AS yang mengelola basis data rantai pasok, termasuk pengumpulan minyak jelantah di AS. Veriflux didukung oleh United States Environmental Protection Agency (US EPA) untuk menjamin ketertelusuran minyak jelantah hanya digunakan sebagai bahan baku industri greenfuel dan tidak disalahgunakan pada kegiatan food recycling.
"Ekspor ini jadi awal besar bagi eksportir minyak jelantah karena baru pertama kali ekspor jelantah ke AS. Kerja sama dengan Veriflux juga dilakukan untuk memenuhi standar traceability dari AS yang sangat tinggi kriterianya," kata Setiady.