REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Bagi sebagian orang, pandemi Covid-19 menjadi hal yang paling dikhawatirkan karena keterbatasan gerak yang menyebabkan orang tidak leluasa melakukan aktivitas. Namun, bagi Arina Rasmiati Havik, pandemi justru titik awal kebangkitan usahanya sebagai pengusaha di sektor ekspor-impor.
"Awalnya banyak kenalan orang Indonesia yang nggak bisa pulang, lalu mereka minta saya bawakan barang-barang dari Indonesia," kata Rina, panggilan akrabnya, saat diwawancara Republika.co.id di tokonya, beberapa waktu lalu.
Berawal dari permintaan teman-teman dan saudaranya, Rina mencoba mengimpor makanan kering dan bumbu khas Indonesia ke Belanda. Usahanya berkembang cukup baik sampai akhirnya Rina memiliki gudang dan toko sendiri untuk menjual produk-produk asli Indonesia.
"Kebanyakan minta dibawakan bumbu-bumbu, mi instan, mereka maunya yang asli Indonesia karena yang asli Belanda rasanya berbeda," kata Rina.
Tak hanya produk pabrikan, Rina pun mengimpor produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dari Indonesia seperti keripik, kemplang, rempeyek, dan penganan kering lainnya.
"Pokoknya mereka mau apa, kirim foto saja, nanti saya carikan," ujar perempuan asli Banjarmasin tersebut.
Karena usahanya berkembang cukup pesat, Rina pun membuka toko kelontong di Rozengracht 68, Zaandam, Belanda. Di sini, Rina menjual produk-produk yang diimpornya langsung dari Indonesia.
Namanya Toko Kalimantan. Nama itu dipilih karena sesuai dengan kampung halaman Rina di Pulau Borneo.
Memasuki toko Ini, Republika.co.id merasa tidak sedang berada di Belanda, tetapi seperti sedang belanja di warung Indonesia. Kecuali saat melihat label harganya, barulah terasa toko ini bukan berada di salah satu kota di Indonesia.
Rina melanjutkan, seiring dengan perkembangan toko kelontong, banyak yang memintanya membuka toko makanan khas Indonesia. Apalagi, di Belanda belum ada yang menawarkan menu Soto Banjar. Berangkat dari situ, Rina pun mencoba melebarkan usahanya membuka toko makanan siap saji yang menawarkan berbagai menu Indonesia. Di akhir pekan, Toko Kalimantan menawarkan menu khusus yang akan berubah setiap pekannya. Salah satunya adalah soto khas Banjar.
Rina mengatakan, konsumen di Belanda menerima cukup baik makanan yang ditawarkan tokonya. "Orang Belanda suka, tapi memang mereka tidak terlalu suka pedas. Tapi saya siapkan sambal ekstra bagi yang mau pedas," katanya.
Melihat usahanya yang terus berkembang, Rina ingin memindahkan gudang miliknya ke lokasi yang tidak terlalu jauh dari toko. Saat ini, ia mengakui gudangnya cukup jauh sehingga harus bolak-balik. "Kami mau pindahkan gudang biar dekat," katanya.
Ia mempertimbangkan layanan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) untuk pengembangan usaha tersebut. Menurutnya, kehadiran BNI dapat mendukung usaha diaspora Indonesia yang ada di Belanda.
"Bagus, bekerja sama dengan UMKM, UMKM bisa disupport BNI," katanya.