REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pemasaran Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Erwin Dwiyana mengatakan bahwa ekspor perikanan Indonesia pada Januari-Juni 2023 tercatat sekitar 2,8 miliar dolar AS. Berbasis nilai ekspor, komoditas yang paling banyak diekspor setelah udang adalah ikan tuna dan udang windu yang banyak dikirim ke Jepang.
"Ekspor utama adalah udang dengan pasar utamanya itu Amerika Serikat," kata Erwin di Jakarta, Rabu (13/9/2023).
KKP mencatat pada periode Januari-April 2023, ekspor udang menyentuh angka 567 juta dolar AS, diikuti oleh komoditas tuna-cakalang-tongkol dengan nilai ekspor 282 juta dolas AS, serta cumi-sotong-gurita dengan nilai ekspor 195 juta dolar AS.
"Cumi, sotong, dan gurita lebih banyak diekspor ke China ditambah dengan komoditas rumput laut," ujar Erwin.
Dia mengatakan potensi produksi perikanan di Indonesia dapat menyentuh angka 12 juta ton per tahun. Angka tersebut diprediksi akan terus bergerak dengan adanya berbagai kegiatan di sektor produksi perikanan tangkap dan perikanan budidaya.
Erwin menjelaskan bahwa pada November mendatang akan digelar rangkaian Foreign Buyers Mission untuk membuka akses bagi pembeli udang potensial dari berbagai negara.
Acara tersebut merupakan kerja sama KKP dengan Swiss Import Promotion Program (SIPPO) yang bertujuan mendatangkan calon importir udang agar mereka dapat melihat langsung unit pengolahan udang di Indonesia.
"Dari situ akan terjadi kesepakatan yang tentunya dapat membuka akses dan dapat meningkatkan ekspor kita," katanya.
Erwin mengatakan untuk memaksimalkan ekspor produk perikanan Indonesia, KKP membangun slogan "Indonesia Seafood: Naturally Diverse" yang menggambarkan Indonesia secara natural memiliki beragam jenis ikan untuk diekspor.
Pemerintah melalui KKP, kata Erwin, juga mendorong produksi perikanan berkelanjutan agar nantinya potensi perikanan Indonesia juga dapat dinikmati oleh generasi berikutnya.