REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia menyatakan pentingnya konektivitas di antara negara anggota ASEAN. Adapun konektivitas tersebut dapat terwujud melalui hubungan perdagangan dan investasi regional.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan konektivitas tersebut mampu mendorong pembangunan berkelanjutan yang kolaboratif, seperti proyek energi ramah lingkungan, serta menghubungkan ASEAN melalui sistem pembayaran QR regional.
“Nantinya, masyarakat Indonesia yang bepergian ke Malaysia, Thailand, Singapura, maupun negara-negara ASEAN lainnya akan bisa melakukan pembayaran dengan QR. Kalau di Indonesia sendiri telah dipergunakan QRIS secara luas di banyak merchant. QRIS dikembangkan oleh Bank Indonesia, dan saat ini nilai transaksinya terus meningkat,” ujarnya saat ASEAN Business and Investment Summit 2023 Plenary Session yang mengangkat tema ‘Aligning ASEAN’s Private Sector Priorities to the Global Agenda dilansir dari laman resmi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Senin (4/9/2023).
Menurut dia, fokus utama ASEAN-BAC, yakni melakukan fasilitasi perdagangan, fasilitasi investasi, dan menarik foreign direct investment. Selain itu, juga harus mampu mendorong terlaksananya prioritas-prioritas utama untuk memperkuat perdagangan dan investasi intra-ASEAN.
Kawasan ASEAN berpotensi menjadi jangkar stabilitas perekonomian global, sebab kawasan ini terus menunjukkan lintasan pertumbuhan yang menjanjikan. Sepanjang 2023, pertumbuhan produk domestik bruto Asean sebesar 4,6 persen dan pada 2024 diproyeksikan akan mencapai 4,8 persen. Pertumbuhan produk domestik bruto tersebut diperkirakan akan sepenuhnya kembali ke tingkat sebelum pandemi pada tahun ini dengan variasi antarnegara.
Dari sisi lain, inflasi regional diperkirakan akan melambat namun tekanan harga akan bervariasi antarnegara pada 2023. Foreign direct investment dalam bidang manufaktur ASEAN telah meningkat dua kali lipat selama dekade terakhir, bahkan melampaui China.
“Kawasan ASEAN memiliki sumber daya energi alami yang besar sehingga dapat mendorong permintaan energi global dan ini merupakan keuntungan besar bagi ASEAN. Sebagai bagian dari sustainability, kita juga harus mendorong adanya carbon credit market di ASEAN. Kemudian, pekerjaan rumah kita ke depan adalah mengembangkan industri hilir sebagai titik kunci dalam rantai pasok global,” ucapnya.
Perekonomian digital di ASEAN diproyeksikan akan meningkat 330 miliar dolar AS pada 2025. Apalagi didukung akan terimplementasinya ASEAN Digital Economy Framework Agreement pada 2025 tersebut ketika keketuaan ASEAN akan dipegang oleh Malaysia.
ASEAN juga perlu mengambil keputusan strategis yang berdampak. Adapun bidang-bidang strategis yang pernah dibahas dalam pertemuan menteri ekonomi ASEAN sebelumnya yakni antara lain tentang bagaimana mendorong pertumbuhan lanskap kendaraan listrik ASEAN.
Indonesia tertarik untuk melakukan hilirisasi sumber daya alam seperti nikel dan tembaga, serta memiliki fasilitas produksi baterai kendaraan listrik. Indonesia sendiri akan mempermudah proses customs dengan membuat sistem digital yang terintegrasi di antara kementerian/lembaga terkait atau biasa disebut e-government.