Jumat 01 Sep 2023 13:58 WIB

Harga Timah Turun, TINS Bukukan Penurunan Laba Bersih 98,5 Persen

Lemahnya global dan peningkatan stok timah membuat harga turun.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
Produk PT Timah.
Foto: timah.com
Produk PT Timah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Timah Tbk membukukan penurunan kinerja sepanjang semester pertama 2023. Dari produksi dan penjualan logam timah yang dihasilkan pada kuartal II 2023, PT Timah membukukan pendapatan Rp 4,57 triliun sehingga menghasilkan EBITDA Rp 533,6 miliar.

Adapun laba tahun berjalan emiten bersandi saham TINS ini tercatat hanya mencapai Rp 16,2 miliar. Perolehan tersebut turun tajam sebesar 98,5 persen dari semester pertama tahun lalu yang sempat mencapai Rp 1,08 triliun.

Baca Juga

"Kondisi harga jual rerata logam timah dan cuaca yang belum mendukung sampai dengan semester I 2023 masih menjadi penyebab penurunan produksi timah yang menggerus laba bersih Perseroan," ujar Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko TINS Fina Eliani dalam keterangan, Kamis (31/8/2023).

Fina menjelaskan, penurunan sebagian harga logam pada akhir semester I 2023 di tengah permintaan global yang lemah dan peningkatan persediaan logam timah di gudang LME mengakibatkan harga logam timah bergerak fluktuatif cenderung menurun.

Pada kuartal II 2023, TINS mencatat produksi bijih timah 7.755 ton atau tercapai 78 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 9.901 ton. Adapun produksi logam timah 8.100 metrik ton atau tercapai 92 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 8.805 metrik ton.

Penjualan logam timah tercatat 8.307 sebanyak metrik ton atau tercapai 84 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak 9.942 metrik ton. Harga jual rerata logam timah 26.828 dolar AS per metrik ton atau lebih rendah 35 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 41.110 dolar AS per metrik ton. 

Sampai dengan kuartal II 2023, TINS mencatatkan ekspor timah sebesar 92 persen dengan enam besar negara tujuan ekspor meliputi Jepang 17 persen; Korea Selatan 14 persen; Belanda 11 persen; Amerika Serikat sembilan persen ; Taiwan sembilan persen; dan India delapan persen.

Posisi nilai aset Perseroan pada kuartal II 2023 sebesar Rp 12,80 triliun, sementara posisi liabilitas sebesar Rp 6,12 triliun, naik dua persen dibandingkan posisi akhir 2022 sebesar Rp 6,02 triliun. Di samping itu, pinjaman bank dan utang obligasi pada kuartal II turun menjadi Rp 2,72 triliun dari sebelumnya Rp 2,77 triliun.

Posisi ekuitas Rp 6,68 triliun, turun lima persen dibandingkan posisi akhir 2022 seiring dengan pembagian dividen yang dicadangkan. Indikator keuangan perseroan menunjukkan hasil yang baik terlihat dari beberapa rasio keuangan penting, di antaranya quick ratio 48 persen, current ratio 206 persen, debt to asset ratio 21 persen, dan debt to equity ratio 41 persen.

"Manajemen tetap optimistis akan adanya peningkatan di kuartal berikutnya sesuai target yang sudah ditetapkan perseroan," kata Fina.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement