REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media, Sekretariat Presiden Bey Machmudin menjelaskan bahwa kehadiran Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam KTT BRICS di Afrika Selatan hanya berstatus sebagai tamu undangan. Kehadiran Presiden Jokowi dalam KTT yang berlangsung di Johannesburg pada 22-24 Agustus 2023 tersebut tidak berkaitan dengan keanggotaan Indonesia di BRICS.
“Bapak Presiden hadir di forum ini untuk memenuhi undangan sebagai tamu, yakni dalam kapasitas Indonesia yang sedang memegang keketuaan ASEAN,” kata Bey dalam pesan yang diterima di Jakarta, Rabu (23/8/2023).
BRICS yang beranggotakan Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan merupakan kelompok yang bertujuan mempromosikan dialog dan kerja sama bagi negara-negara berkembang. Negara-negara anggota BRICS memiliki pengaruh besar dalam berbagai kerja sama, mulai dari ekonomi, militer, hingga geopolitik.
Secara akumulasi, penduduk negara-negara BRICS mencakup 43 persen populasi dunia dan nilai perdagangannya mencapai 16 persen perdagangan global.
Seiring besarnya skala tiap-tiap negara serta situasi politik dan ekonomi global yang dinamis, BRICS terus mengonsolidasikan diri sebagai kekuatan geopolitik dan geoekonomi baru untuk mengimbangi hegemoni negara-negara Barat.
Lebih dari 40 negara dikabarkan ingin bergabung dengan BRICS, antara lain Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Iran, Mesir, Bolivia, Kazakhstan, Kuba, dan Argentina. Indonesia juga disebut-sebut tertarik untuk bergabung dengan aliansi yang telah berdiri sejak 2006 itu.
Sebelumnya, Presiden Jokowi mengatakan akan memutuskan terkait kemungkinan Indonesia bergabung dengan BRICS. “Nanti diputuskan,” kata Jokowi, awal Agustus lalu.
Presiden Jokowi diagendakan berkunjung ke Afrika Selatan dalam lawatan pertamanya ke Afrika pada 20-25 Agustus 2023. Afrika Selatan akan menjadi negara keempat yang dia kunjungi setelah Kenya, Tanzania, dan Mozambik.