REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) atau Surge menyetujui aksi korporasi berupa Penambahan Modal Dengan Melaksanakan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu I (PMHMETD) atau rights issue, dengan menargetkan meraih dana sebesar Rp 1,3 triliun.
Dalam rights issue, perseroan akan menawarkan jumlah saham baru sebanyak-banyaknya 4,96 miliar saham, dengan kisaran harga pelaksanaan antara Rp 260 sampai Rp 280 bagi setiap saham HMETD, sebagaimana keterangan resmi Surge di Jakarta, kemarin.
Adapun, dana hasil rights issue rencananya digunakan perseroan untuk menunjang ekspansi bisnis perseroan dan entitas anak usaha di bidang jaringan fiber optik. Sejak 2022, Surge telah mengoperasikan secara penuh jaringan serat optik sepanjang 5.724 kilo meter (km) di Jawa yaitu jalur kereta api, jalan tol dan jalan provinsi, dengan kapasitas 144 core dan kapasitas bandwidth sampai dengan 64 Tbps. Selain itu, perseroan juga mengoperasikan 58 lokasi Edge Data Center (EDC) yang terkoneksi dengan Fiber Optic Backbone sepanjang jalur kereta.
Saat ini perseroan memiliki berbagai klien yang berasal dari segmen Hyperscale Data Center, Telco Operator, Internet Service Providers (ISP), dan Cloud Provider. Adapun berbagai layanan yang dapat diakses pelaku telekomunikasi, di antaranya Leased Core (Dark Fiber), Leased Line (Bandwidth), Colocation, Content Delivery Network (CDN), Tower Fiberization.
Kemudian, sejak 2023 Surge mulai mempercepat pengembangan layanan konektivitas melalui perluasan jaringan serat optik, baik pada segmen jalur kereta api Jawa, jalur tol dan berbagai segmen lainnya. Selain itu, perseroan juga memposisikan diri sebagai katalisator bagi perkembangan bisnis mitra, dengan menghadirkan berbagai infrastruktur yang dapat mempermudah para pelaku telekomunikasi dalam berekspansi.
Segmen bisnis telekomunikasi telah memiliki kontribusi terhadap pendapatan bersih perseroan pada kuartal I 2023 sebesar 28 persen, atau tumbuh signifikan dibandingkan kontribusi sepanjang tahun sebelumnya yang hanya delapan persen. Pertumbuhan tersebut diharapkan terus konsisten, seiring dengan pengembangan produk konektivitas dan aktivasi layanan kepada seluruh pelaku telekomunikasi Indonesia.