Ahad 13 Aug 2023 17:40 WIB

Ini Nih Hitungan Nilai Tambah Hilirisasi oleh Kemenperin

Contoh hilirisasi nikel, nilai tambahnya bisa naik minimal tiga kali lipat.

Aktivitas tungku smelter nikel di kawasan industri di Kecamatan Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara, Jumat (9/9/2022) (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Jojon
Aktivitas tungku smelter nikel di kawasan industri di Kecamatan Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara, Jumat (9/9/2022) (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Jubir Kemenperin) Febri Hendri Antoni Arif menjelaskan, dampak berganda hilirisasi sumber daya alam sudah mulai terlihat.

Besarnya dampak berganda smelter nikel dapat dilihat dari nilai tambahnya. Kemenperin menghitung nilai tambah yang dihasilkan dari nikel ore hingga produk hilir meningkat berkali-kali lipat jika diproses di dalam negeri atau menghilirkan proses barang mentah.

Baca Juga

Febri menyampaikan, apabila nilai nikel ore mentah dihargai 30 dolar AS per ton, ketika menjadi Nikel Pig Iron (NPI) harganya akan naik 3,3 kali mencapai 90 dolar AS per. Sedangkan bila menjadi Feronikel, akan naik 6,76 kali atau setara 203 dolar AS per ton.

Ketika hilirisasi berlanjut dengan menghasilkan Nikel Matte, maka nilai tambahnya juga akan naik menjadi 43,9 kali atau 3.117 dolar AS per ton. Terlebih, sekarang Indonesia sudah punya smelter yang menjadikan MHP sebagai bahan baku baterai dengan nilai tambah sekitar 120,94 kali (3.628 per ton).

"Apalagi, jika ada ada pabrik baterai yang mengubah ore menjadi LiNiMnCo, maka nilai tambahnya bisa mencapai 642 kali lipat," ungkap Febri melalui keterangan resmi, Ahad (13/8/2023).

Hal ini tentu akan menambah pemasukan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan pajak-pajak lain yang nilainya triliunan rupiah. Dari sini saja sudah terbukti, kata Febri, yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo sudah terbukti.

Jika Indonesia mengekspor bahan mentah, angkanya Rp 17 triliun, dibandingkan dengan ekspor produk hasil hilirisasi nikel yang mencapai Rp 510 triliun. "Sehingga penerimaan negara dari pajak akan jauh lebih meningkat," kata dia.

Melihat performa kontribusi logam dasar ke ekonomi, Febri menjelaskan, PDB logam dasar di kuartal I 2023 tumbuh 11,39 persen. Pada semester I 2023 ini, logam dasar mencatatkan PDB sebesar Rp 66,8 triliun.

Adapun selama periode 2022, subsektor ini tumbuh di atas 15 persen dengan nilai Rp 124,29 triliun, juga 2021 tumbuh double digit setara Rp 108,27 triliun. Bahkan pada 2020 yang penuh tekanan akibat pandemi Covid-19, industri logam dasar berhasil tumbuh mengesankan.

"Indikator ini sangat jelas menunjukkan bahwa manfaat smelter memberi manfaat bagi ekonomi nasional, bukan untuk negara lain. Hadirnya PMA merupakan pengungkit investasi untuk pertumbuhan ekonomi nasional," kata Febri.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement