REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) melaporkan survei penjualan eceran Juli 2023. Dalam survei tersebut juga memperlihatkan proyeksi tekanan inflasi dari sisi harga hingga akhir 2023.
“Dari sisi harga, responden memprakirakan tekanan inflasi akan menurun pada September 2023 namun diprakirakan akan meningkat pada Desember 2023 sejalan dengan ekspektasi penjualan ke depan,” kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryonondalam pernyataan tertulisnya, Rabu (9/8/2023).
Dia menjelaskan, Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) pada September 2023 tercatat sebesar 115,9 yang rendah dari periode sebelumnya sebesar 117,7. Sementara, IEH Desember 2023 tercatat sebesar 130,0 yang lebih tinggi dari periode sebelumnya sebesar 123,0.
Selain itu, kinerja penjualan eceran secara tahunan juga diperkirakan tetap kuat pada Juli 2023. “Hal tersebut tecermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Juli 2023 sebesar 212,7, atau tumbuh positif sebesar 6,3 persen secara tahunan,” ungkap ErwinZ.
Tetap kuatnya kinerja penjualan eceran tersebut didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Begitu juga dengan subkelompok sandang yang tetap tumbuh positif serta kelompok suku cadang dan aksesori yang mengalami perbaikan.
Secara bulanan, pertumbuhan penjualan eceran diperkirakan berada pada fase kontraksi sebesar 4,6 persen secara bulanan. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau, kelompok barang budaya dan rekreasi serta serta bahan bakar kendara bermotor diperkirakan mengalami penurunan sejalan dengan normalisasi permintaan masyarakat setelah periode liburan sekolah, Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), dan cuti bersama.
Pada Juni 2023, IPR tercatat sebesar 222,9 atau secara tahunan tumbuh positif sebesar 7,9 persenz “ini meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencatat kontraksi sebesar 4,5 persen secara tahunan,” jelas Erwin.
Peningkatan tersebut terjadi pada mayoritas kelompok dengan peningkatan tertinggi yaitu pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Lalu diikuti kelompok bahan bakar kendaraan bermotor dan subkelompok sandang.
Secara bulanan, penjualan eceran menunjukkan perbaikan meski berada pada fase kontraksi sebesar 0,3 persen secara bulanan. Perbaikan tersebut terjadi pada beberapa kelompok, terutama subkelompok sandang, kelompok makanan, minuman, dan tembakau, serta barang budaya dan rekreasi.
Hal tersebut juga sejalan dengan peningkatan penjualan di dalam negeri diiringi dengan strategi potongan harga yang dilakukan pedagang ritel dan kelancaran distribusi. Begitu juga dengan peningkatan permintaan pada periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), event tengah tahun (mid year sale), serta musim liburan sekolah.