REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III dan IV berada pada kisaran 4,7-4,95 persen secara tahunan. Dengan begitu, akhir tahun perekonomian Indonesia diramalkan akan tumbuh lima persen atau di bawah target pemerintah 5,3 persen.
“Tugas pemerintah sekarang menjaga agar pertumbuhan tidak berada di bawah lima persen,” kata Bhima kepada Republika.co.id, Selasa (8/8/2023).
Bhima menegaskan, pemerintah jangan terlena pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2023. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2023 tercatat sebesar 5,17 persen secara tahunan yang meningkat dari pertumbuhan pada kuartal sebelumnya sebesar 5,04 persen.
Dia mengatakan, tanyangan ke depan jauh lebih berat. “Kuartal II 2023 ada Lebatan, ada THR. Tapi sekarang Indonesia berhadapan dengan El Nino yang bisa membuat inflasi pangan naik, pendapatan sektor pertanian menurun,” kata Bhima.
Sementara itu, Bhima menyebut, kinerja ekspor melemah dipengaruhi kondisi permintaan mitra dagang Indonesia. Khususnya permintaan dagang dari China, Eropa dan Amerika Serikat (AS).
“Ada swing pada harga komoditas yang harus dipersiapkan karena mempengaruhi pendapatan sektor pertambangan dan perkebunan,” ucap Bhima.
Dia menambahkan, kondisi industri manufaktur juga tumbuh di bawah pertumbuhan ekonomi yang hanya 4,88 persen dengan porsi 18,2 persen terhadap PDB. Bhima menilai, terdapat fenomena deindustrialisasi yang terus berlanjut dan mengancam lapangan kerja.
Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2023 dapat mencapai kisaran 4,5-5,3 persen. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengungkapkanBank Indonesia akan terus memperkuat sinergi stimulus fiskal pemerintah dengan makroprudensial.
“Upaya ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya dari sisi permintaan,” kata Erwin dalam pernyataan tertulisnya, Selasa (8/8/2023).
Erwin menuturkan, saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap tinggi di tengah perlambatan ekonomi global. Erwin mengatakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi didukung oleh peningkatan permintaan domestik.
Konsumsi rumah tangga tumbuh tinggi sebesar 5,23 persen secara tahunan. Hal tersebut seiring dengan naiknya mobilitas, membaiknya ekspektasi pendapatan, terkendalinya inflasi, dan dampak positif dari Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) serta pemberian gaji ke-13 kepada Aparatur Sipil Negara.
Konsumsi pemerintah juga tercatat tumbuh tinggi sebesar 10,62 persen secara tahunan. Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh belanja pegawai pemerintah pusat dan daerah.
Pertumbuhan investasi secara keseluruhan juga meningkat menjadi 4,63 persen secara tahunan uang didorong terutama oleh perbaikan investasi nonbangunan. Hal tersebut tecermin dari membaiknya pertumbuhan impor barang modal.