Selasa 01 Aug 2023 21:28 WIB

KSSK: Penerbitan SBN Capai Rp 529,66 Triliun per 28 Juli 2023

Target penerbitan SBN tahun ini sebesar Rp 1.172,53 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers Devisa Hasil Ekspor (DHE) di Gedung Kemenko Ekonomi, Jumat (28/7/2023).
Foto: Republika/Rahayu Subekti
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers Devisa Hasil Ekspor (DHE) di Gedung Kemenko Ekonomi, Jumat (28/7/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyampaikan bahwa penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) telah mencapai Rp 529,66 triliun per 28 Juli 2023.

Ketua KSSK sekaligus Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati mengatakan, jumlah tersebut menunjukkan realisasi SBN 45,17 persen dari target penerbitan SBN tahun ini yang sebesar Rp 1.172,53 triliun.

Baca Juga

“Penerbitan surat berharga negara atau SBN sampai 28 Juli 2023 mencapai Rp 529,66 triliun, ini 45,17 persen dari target penerbitan SBN tahun ini sebesar Rp 1.172,53 triliun. Target penerbitan SBN dapat disesuaikan apabila tren penerimaan negara terus berlanjut dengan kuat dan positif,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers hasil rapat KSSK di Jakarta, Selasa (1/8/2023).

Sri Mulyani menjelaskan, kinerja pasar SBN masih menunjukkan tren penguatan hingga Juli tahun ini dengan yield SBN seri benchmark 10 tahun menguat di level 66 basis point (bps) secara year to date (ytd) ke level 6,28 persen.

Tren penguatan tersebut didukung oleh terkendalinya laju inflasi dalam negeri serta kebijakan pengurangan target penerbitan SBN seiring masih kuatnya kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Selain itu, ia menilai kinerja perekonomian yang solid dan pasar keuangan domestik yang kondusif mendorong investor asing masuk ke pasar SBN senilai Rp 91,86 triliun secara ytd di tengah volatilitas pasar keuangan global.

Sri Mulyani juga menilai persepsi para investor terhadap prospek ekonomi Indonesia semakin positif dan menguat. Hal itu tercermin dari hasil laporan lembaga pemeringkat Rating & Investment Information, Inc. (R&I) yang meningkatkan outlook ekonomi Indonesia menjadi positif dari yang sebelumnya stabil.

“Hal ini tercermin melalui outlook yang disampaikan oleh rating agency R&I di mana sovereign credit rating Indonesia dilihat sebagai stabil menjadi positif. Jadi upgrading dengan level ratingnya tetap pada BBB+, ini dua notch di atas level investment grade yang paling rendah,” pungkasnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement