Selasa 25 Jul 2023 17:55 WIB

Bagaimana Kelanjutan Divestasi Saham Vale? Ini Kata Dirut Holding Tambang MIND ID

Vale akan melepas 14 persen sahamnya dari semula yang direncanakan sebesar 11 persen

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Lida Puspaningtyas
MIND ID fokus menjadi strategic holding yang akan mengorkestrasi 6 (enam) perusahaan operating company, yakni PT Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Inalum, PT Timah Tbk, dan PT Vale Tbk.
Foto: MIND ID
MIND ID fokus menjadi strategic holding yang akan mengorkestrasi 6 (enam) perusahaan operating company, yakni PT Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Inalum, PT Timah Tbk, dan PT Vale Tbk.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proses divestasi saham PT Vale Indonesia, Tbk ke pihak Indonesia masih berlanjut. Adapun proses divestasi itu merupakan kewajiban dari perusahaan asal Kanada itu untuk untuk dapat memperpanjang Kontrak Karya di Indonesia setelah tahun 2025.

Direktur Utama Holding BUMN Tambang MIND ID, Hendi Prio Santoso, hingga saat ini pihaknya masih terus bernegosiasi untuk dapat menambah kepemilikan sahamnya di Vale. Adapun saat ini, 20 persen saham Vale telah dipegang oleh MIND ID serta 20 persen di tangan Indonesia melalui Bursa Efek Indonesia.

Baca Juga

“Jadi kita masih dalam tahap negosiasi, hanya itu yang bisa saya sampaikan. Kita negosiasi dikawal penuh oleh pemerintah, Kemenkomarves, Kementerian Investasi, BKPM, dan juga Kementerian BUMN,” kata Hendi disela acara Nickel Conference 2023 yang digelar di Jakarta, Selasa (25/7/2023).

Belakangan diketahui, Vale akan melepas 14 persen sahamnya dari semula yang direncanakan sebesar 11 persen. Jika itu terealisasi, maka 54 persen saham Vale akan berada di tangan Indonesia dan pemerintah diharapkan menjadi pengendali saham perusahaan.

Hendi pun menjelaskan, sesuai mandat pemerintah telah ditetapkan MIND ID sebagai holding tambang akan melakukan akusisi saham untuk menjadi pemegang saham prioritas.

“Dan, kita bisa melakukan konsolidas keuangan. Itu yang sedang kita tempuh,” kata Hendi.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Vale Indonesia, Febrian Eddy enggan menjelaskan soal progres divestasi saham perusahaan yang ia pimpin. Sebagai produsen nikel, ia hanya mengatakan potensi sumber daya nikel di Indonesia sudah tak perlu diragukan karena cadangan yang sangat besar.

Vale sendiri, kata Febrian, saat ini telah memiliki kapasitas produksi setara tiga persen dari produksi dunia lewat ekspansi yang dilakukan secara terus menerus. Menurutnya, dengan program hilirisasi nikel dengan larangan impor barang mentah pun telah menciptakan ekosistem industri nikel di Indonesia yang digunakan untuk produksi baterai kendaraan listrik.

“Saat ini kita juga ada tiga proyek besar dengan nilai setara Rp 170 triliun. Kami akan fokuskan ini dalam beberapa tahun mendatang,” kata dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement