REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan stok beras di dalam negeri masih dalam kategori aman dalam menghadapi puncak El Nino. Puncak El Nino diperkirakan terjadi pada Agustus-September 2023.
"Stok beras kita aman sebenarnya. Sampai Juli ini kami punya panen di atas 800.000 hektare, Agustus kita masih ada panen di atas 800 ribu hektare. Jadi overstock kita masih di atas 2 juta," kata Syahrul setelah rapat terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (15 /7/2023).
Meski demikian, menurut Syahrul, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan agar semua pihak tidak terlalu percaya diri dan tetap waspada dengan kemungkinan terburuk dari dampak El Nino. "Presiden bilang ini (El Nino) tak boleh (diantisipasi dengan) dihitung saja, tetapi tetap dioptimalkan saja yang bisa dilakukan," ujarnya.
Syahrul meyakini tidak akan terjadi kelangkaan beras jika El Nino terjadi karena stok dan produksi beras akan mencukupi. "Kita beberapa kali dianggap akan kering tetapi kondisinya kenyataannya basah. Saya dari Papua, Sulawesi, Jawa Tengah Jawa Barat, Sumatera Selatan ternyata air masih banyak banget tuh. Kita nggak boleh juga pesimis berlebihan siapa tau (El Nino) ini menjadi bagian yang justru mengenergi kita," kata Syahrul.
Selain beras, ujar Syahrul, Presiden Jokowi dan para menteri pada Selasa ini juga membahas mengenai ketersediaan bahan pangan lain seperti daging ayam dan telur. Menurut Syahrul, stok daging ayam dan beras juga masih dalam kategori aman. Meskipun stok ayam dan telur aman, Syahrul menyebut jika ada kenaikan harga pada dua komoditas pangan itu, maka hal tersebut merupakan dinamika yang memang sedang menjadi tantangan semua pihak.
"Saya baru pulang dari enam provinsi, ayam masih 3,7 juta, yang kita makan 3,6 juta artinya aman. Telur kita juga seperti itu. Maka, ketersediaan pangan sebetulnya aman. Namun, ada fluktuasi harga itu dinamika, tetapi yang Pak Presiden minta semua kementerian bersama-sama kendalikan harga," ujar dia.
El Nino adalah fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik bagian tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia. Oleh karena itu, El Nino dapat memicu kekeringan untuk wilayah Indonesia.