Sabtu 06 Sep 2025 23:22 WIB

Apa Kabar Beras Sisa Impor Tahun 2024? Ini Penjelasan Bulog

Bulog secara konsisten melaksanakan pemeriksaan beras.

Sejumlah buruh menurunkan beras impor asal Thailand dari kapal kargo berbendera Panama di pelabuhan Malahayati, kab Aceh Besar, Aceh, Senin (10/6/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Ampelsa
Sejumlah buruh menurunkan beras impor asal Thailand dari kapal kargo berbendera Panama di pelabuhan Malahayati, kab Aceh Besar, Aceh, Senin (10/6/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Bulog memastikan stok beras yang berasal dari sisa impor pada 2024 masih tetap terjaga kualitasnya karena proses pemeliharaan di gudang dilakukan sesuai standar yang berlaku. Direktur Utama Perum Bulog Ahmad Rizal Ramdhani mengatakan, masyarakat tidak perlu khawatir terhadap mutu dan kelayakan beras tersebut untuk dikonsumsi.

“Beras yang ada di tempat kami, termasuk gudang di Jakarta, juga ada stok tahun 2024. Itu kita olah harian (perawatan rutin). Setelah diolah, dibersihkan, dan digunakan alat-alat ini (mesin pemilah modern untuk memastikan beras layak konsumsi), hasilnya kan cukup baik,” kata Rizal saat dijumpai di Gudang dan Sentra Pengolahan Beras Bulog, Sunter, Jakarta Utara, Sabtu (6/9/2025).

Baca Juga

Rizal menjelaskan, Bulog secara konsisten melaksanakan pemeriksaan beras mulai dari harian, mingguan, bulanan, hingga triwulanan. Proses ini dilakukan untuk menjaga kualitas beras agar tetap baik sepanjang penyimpanan. Proses pemeliharaan yang dilakukan Bulog meliputi pemeriksaan awal beras saat pemasukan di gudang dan kualitas beras secara berkala, menjaga sanitasi gudang, spraying, hingga fumigasi apabila ditemukan indikasi serangan hama.

“Pada prinsipnya, sepanjang beras dipelihara atau dirawat dengan baik, Insya Allah masa pakainya itu panjang. Seperti yang kami lakukan. Ada pemeliharaan harian, mingguan bulanan, triwulanan, bahkan sampai dengan semesteran,” jelas Rizal.

Dalam proses pengeluaran beras dari gudang, Bulog menerapkan prinsip “Fifo” atau “first in, first out” dan “Fefo” atau “first expired, first out”. Selain itu, penyaluran juga memperhatikan kondisi nyata kualitas beras.

Ia mencontohkan, biasanya ada beras yang baru masuk gudang Bulog namun rupanya mengalami percepatan kerusakan seperti warna beras yang cepat kuning.

“Mungkin pada saat panen itu tidak sempurna, tidak kering betul. Masih basah, dipaksa masuk ke penggilingan, masuk ke pengering atau dryer. dipaksa dikeringkan, digiling jadi beras. Ternyata begitu sampai gudang kami, warnanya sudah cepat kuning,” kata Rizal.

Mempertimbangkan kondisi riil di lapangan, Bulog juga menggunakan asas skala prioritas terhadap stok beras yang harus dikeluarkan dari gudang terlebih dahulu.

Selanjutnya, apabila ditemukan penurunan mutu, maka segera dilakukan tindakan seperti fumigasi ulang, pemisahan, hingga pengolahan kembali dengan mesin pemilah modern untuk memastikan hanya beras layak konsumsi yang disalurkan kepada masyarakat.

Rizal menambahkan, beras yang tidak lagi layak konsumsi tidak serta-merta dibuang. Setelah rangkaian SOP yang ketat, beras tak layak konsumsi dapat dimanfaatkan kembali untuk kebutuhan industri lain seperti pakan. Dengan demikian, setiap butir beras tetap bernilai guna dan tidak terbuang sia-sia.

“Beras-beras yang sudah dipisahkan (beras tak layak konsumsi), kita lokalisir. Nanti kita gunakan sebagai beras untuk kebutuhan pakan (pakan ternak). Jadi tidak dibuang,” kata dia.

Secara keseluruhan, Bulog memastikan penyiapan beras dilakukan sesuai dengan penugasan pemerintah, baik beras medium dengan broken (beras pecah) maksimal 25 persen maupun beras premium dengan broken maksimal 15 persen.

Adapun kapasitas gudang Bulog di Jakarta mencapai 355.200 ton, tersebar di 74 gudang dengan kapasitas masing-masing sekitar 3.000 ton. Stok beras yang disimpan di Jakarta merupakan bagian dari total cadangan beras pemerintah (CBP) sebesar 3,9 juta ton.

Dari total CBP tersebut, sekitar 2,95 juta ton atau 75 persen merupakan hasil pengadaan dalam negeri. Sedangkan sisanya berasal dari pengadaan luar negeri yang dilaksanakan berdasarkan penugasan Pemerintah pada 2024.

Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengungkapkan bahwa stok beras Bulog yang bersumber dari importasi tahun 2024 saat ini masih tersisa 1 juta ton. Ia memastikan proses impor tahun 2024 sudah selesai dan tidak ada lagi di 2025.

"Khusus untuk beras luar negeri itu sekarang sisanya 1 juta ton. Usia simpannya yang 7-12 bulan ada 896 ribu ton. Tapi impor sudah selesai tahun lalu dan tidak ada impor tahun ini," kata Kepala Bapanas pada 22 Agustus lalu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement