Senin 10 Jul 2023 15:11 WIB

IHSG Rebound, Investor Diminta Tetap Cermati Kondisi Pasar

IHSG meningkat 0,82 persen ke level 6.716,46 dan terus berlanjut hingga awal pekan.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas Indonesia, Jakarta, Senin (2/1/2023). IHSG tercatat meningkat 0,82 persen ke level 6.716,46 dan terus berlanjut hingga awal pekan ini.
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas Indonesia, Jakarta, Senin (2/1/2023). IHSG tercatat meningkat 0,82 persen ke level 6.716,46 dan terus berlanjut hingga awal pekan ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Investor diminta tetap mencermati kondisi pasar dalam mengambil keputusan investasi sepekan ke depan. Investor bisa melakukan aksi beli saat harga saham sudah turun ke level tertentu dan aman untuk dibeli.

Sepanjang pekan lalu, IHSG tercatat meningkat 0,82 persen ke level 6.716,46 dan terus berlanjut hingga awal pekan ini, Senin (10/7/2023). Aliran dana investor asing yang masuk ke pasar saham atau Foreign Inflow tercatat sebesar Rp 621,24 miliar. 

Baca Juga

"Dalam sepekan kedepan, pada pasar saham, investor dapat memanfaatkan momentum Buy on Weakness dan tetap mencermati keadaan pasar," kata tim riset Infovesta Utama, Senin (10/7/2023).

Menurut tim riset, IHSG akan dipengaruhi sejumlah sentimen dari domestik. Salah satunya yaitu rilis data S&P Global PMI Manufaktur yang meningkat pada Juni menjadi 52,5 poin dari 50,3 poin pada bulan sebelumnya. 

Selain itu, data yang akan dicermati pelaku pasar adalah tingkat manufaktur juga terus meningkat menandakan terjadi peningkatan aktivitas dan pesanan baru. Di sisi lain, turunnya harga bahan baku mengurangi beban biaya industri. 

Data Cadangan Devisa yang turun menjadi 137,5 miliar dolar AS pada Juni dari 139,3 miliar dolar AS pada Mei juga akan memperngaruhi gerak IHSG. Cadangan devisa turun disebabkan pembayaran utang luar negeri pemerintah. 

Sentimen dari global khususnya AS yang akan mempengaruhi pasar yaitu data non-farm payroll yang tumbuh 209.000, namun lebih rendah dari periode sebelumnya dan juga dari konsensus. Ini menandakan pasar tenaga kerja yang secara bertahap turun meskipun pertumbuhan upah tetap kuat. 

Selanjutnya, data yang akan dipertimbangkan investor adalah rilis data S&P Global PMI Manufaktur AS turun yang di level 46,3 poin pada Juni dari 48,4 poin pada Mei. Data S&P Global PMI Servis juga turun tipis di level 54,4 poin pada Juni dari 54,9 poin pada Mei. 

Data S&P Global Komposit juga turun di level 53,2 poin pada Juni daru 54,3 poin pada Mei. Penurunan aktivitas manufaktur di AS akibat masih tingginya harga input, level suku bunga tinggi dan tagihan upah yang meningkat mendorong beban biaya lebih tinggi. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement