Jumat 23 Jun 2023 07:07 WIB

Konsumsi Nasi Masih Tinggi, Badan Pangan Dorong Asupan Gizi Seimbang

Badan Pangan berupaya menekan angka kurang gizi dan stunting.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Konsumsi nasi (ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Konsumsi nasi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketahanan pangan tidak hanya terkait aspek ketersediaan stok pangan dan stabilisasi harga, tetapi juga yang tidak kalah penting meliputi kecukupan gizi dan nutrisi masyarakat. Kecukupan gizi dan nutrisi sangat menentukan tumbuh kembang dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang selanjutnya berdampak pada tingkat daya saing suatu negara di kancah global.

Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi saat membuka The 5th International Symposium on Food and Nutrition, Expo, and Awards (ISFANEA 2023) dengan tema “Food and Nutrition Innovation For Sustainable Economy, Health, and Well-Being”pada Kamis (22/6/2023) di IPB International Convention Center (IICC), Bogor, Jawa Barat. Menurutnya, pemerintah Indonesia menyadari betul urgensi pemerataan asupan gizi dan nutrisi bagi masyarakat.

Baca Juga

“Untuk itu, NFA sebagai lembaga pemerintah yang bertugas di bidang pangan semakin concern dalam memerangi kurang gizi dan stunting melalui pelaksanaan sejumlah program strategis serta prioritas, seperti penyaluran bantuan pangan untuk menurunkan stunting, kampanye penganekaragaman dan penyelamatan pangan, penetapan dan penilaian skor Pola Pangan Harapan (PPH), dan penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas/FSVA),” ujarnya.

Untuk program bantuan pangan bagi penurunan stunting, Arief menyampaikan, NFA melalui Holding BUMN Pangan ID Food sampai 21 Juni 2023 telah menyalurkan 1,3 juta paket bantuan telur dan daging ayam kepada Keluarga Rawan Stunting (KRS) di tujuh provinsi. Bantuan ini dilaksanakan dalam tiga batch. Batch pertama sudah terealisasi 94 persen. Total penerima bantuan tiap batch adalah 1,4 juta KRS. Pihaknya mengaku akan mengusulkan penambahan batch guna mendukung efektivitas gerakan penurunan stunting nasional.

Selain melalui bantuan langsung, upaya mendorong peningkatan gizi dan nutrisi juga dilakukan melalui kampanye dan edukasi kepada masyarakat. Menurut Arief, NFA melakukan aksi konkret dengan mengusung gerakan penganekaragaman konsumsi pangan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA) yang tahun ini meluncurkan program terbarunya, yaitu Rumah B2SA di 70 titik di Indonesia. Rumah B2SA ini yang nantinya akan menjadi pusat edukasi masyarakat bahwa konsumsi pangan seimbang menentukan kesehatan dan masa depan.

"Kita kampanyekan misalnya kenyang tidak harus nasi, sehingga dalam satu piring itu harus seimbang antara karbohidrat, sumber protein, dan buah-buahan," tuturnya.

Arief menegaskan, langkah-langkah ini akan terus dimonitor dan dievaluasi hasilnya. Salah satu instrumen yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tingkat gizi dan nutrisi masyarakat yaitu melalui penilaian PPH yang dilakukan di tingkat daerah dan nasional oleh NFA.

Untuk skor PPH Indonesia tahun 2022 berada di angka 92,9 atau melampaui target 92,8. Pencapaian ini lebih tinggi dari 2021 yang berada di angka 87,2. Sementara itu, target skor PPH nasional pada tahun 2023 adalah 94,0 dan target 2024 adalah 95,2.

“Hasil pengukuran melalui skor PPH 2022 menunjukkan kualitas konsumsi pangan penduduk Indonesia semakin baik dan mengarah pada komposisi yang beragam dan bergizi seimbang. Namun demikian masih ada kelebihan konsumsi padi-padian dan minyak lemak,” paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement