Selasa 13 Jun 2023 18:55 WIB

Kinerja Mulai Membaik, Komisi VI DPR Beri Catatan Bagi Garuda Indonesia

Komisi VI DPR menilai manajemen Garuda Indonesia berhasil memperbaiki kinerja.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nora Azizah
Pekerja Garuda Maintenance Facility (GMF) merapikan fasilitas di pesawat Garuda Indonesia yang akan digunakan untuk armada haji.
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Pekerja Garuda Maintenance Facility (GMF) merapikan fasilitas di pesawat Garuda Indonesia yang akan digunakan untuk armada haji.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Fraksi Demokrat Herman Khaeron mengapresiasi perbaikan kinerja PT Garuda Indonesia. Herman menyampaikan keberhasilan Garuda, mulai dari  tahapan PKPU kemudian restrukturisasi merupakan kerja keras seluruh pihak yang ingin bersama-sama menyelamatkan maskapai kebanggaan Indonesia tersebut.

"Kita tahu awalnya Garuda ada dua pilihan. Apalah dilanjutkan atau dibubarkan pada waktu itu, bahkan ada opsi bangun maskapai baru sebagai pengganti," ujar Herman saat rapat dengar pendapat (RDP) Komisi VI DPR dengan Manajemen Garuda Indonesia di Gedung DPR, Selasa (13/6/2023).

Baca Juga

Herman menilai manajemen Garuda berhasil memperbaiki kinerja, bahkan hingga dinobatkan sebagai maskapai paling tepat waktu di dunia. Kendati baru mengoperasikan 40 pesawat, Herman menilai penghargaan itu akan kembali menumbuhkan kepercayaan publik dan investor.

"Ini akan meningkatkan performa korporasi dan pada akhirnya meningkatkan minat (investor), selanjutnya saham Garuda bisa terbang," kata Herman.

Anggota Komisi VI DPR lainnya, Andre Rosiade menyoroti keputusan penghentian operasional dua jenis pesawat tipe CJR dan ATR yang berdampak terhadap para pilot. Andre menilai perlu ada solusi untuk mengakomodir 79 pilot CRJ dan ATR Garuda berhenti bekerja.

"Kita harus mengambil solusi terbaik dengan mencari titik temu agar mereka punya kesempatan sekolah lagi. Bisa dengan pelatihan ke Airbus 330," ujar Andre.

Andre menilai peningkatan kemampuan para pilot akan menguntungkan Garuda. Pasalnya, Garuda sendiri berencana menambah 70 pesawat hingga akhir 2023 yang tentunya akan memerlukan tambahan pilot. Andre juga mendapatkan masukan dari para pilot lain rela memangkas jam terbang demi menyelamatkan rekan sejawatnya. 

"Saya dapat keterangan langsung dari teman-teman asosiasi pilot Garuda, mereka siap dipotong jam terbang, cukup masing-masing 20 jam sebulan sehingga teman-teman yang 79 orang ini bisa terakomodir tanpa perlu dipekerjakan di darat. Itu salah satu solusi yang ditawarkan asosiasi pilot Garuda," ucap Politisi Gerindra tersebut.

Seperti diketahui, Garuda Indonesia telah menghentikan pengoperasian Pesawat CRJ-1000 pada Januari 2022 dan ATR 72-600 resmi berhenti beroperasi pada Maret 2022. Sehingga saat ini Garuda hanya memiliki tiga jenis pesawat yakni, Boeing 777, Airbus 330, dan Boeing 737.

Pilot CRJ dan ATR kemudian dialokasi ke beberapa pekerjaan pilot di pekerjaan lain, namun hingga akhir Mei masih ada 79 pilot aktif yang belum juga terbang. Pihak Garuda memberikan tiga opsi yakni program cuti di luar tanggungan perusahaan (CDTP) secara sukarela, penugasan sementara di darat sesuai kebutuhan spesifikasi perusahaan, dan program penawaran pensiun dini.

Rapat tersebut juga menghasilkan tiga poin kesimpulan yang dibacakan pimpinan rapat, Martin Manurung. Pertama, Komisi VI memberikan apresiasi kepada Garuda terhadap capaian kinerja keuangan 2022 yang semakin membaik. Kedua, Komisi VI meminta Garuda untuk memberikan kesempatan pertama kepada para pilot CRJ 1000 dan ATR 72-600 yang diberdayakan penugasan darat sementara dan mengambil cuti di luar tanggungan untuk kembali terbang seiring dengan penambahan pesawat di masa mendatang. 

"Komisi VI mendukung program optimalisasi sumber daya manusia (SDM) Garuda  untuk tetap memperhatikan hak-hak karyawan dan meminimalisir pemutusan hubungan kerja (PHK)," kata Martin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement