Ahad 11 Jun 2023 08:46 WIB

Hidup dengan Buah 24 Jam Tanpa Henti

Penentuan jam buka 24 jam mempertimbangkan kondisi buah-buahan yang akan lebih awet.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Gita Amanda
Mimin Rusmini pemilik toko buah Arum Segar yang berada di wilayah Poltangan, Jakarta Selatan, yang menjadi salah satu debitur PT Bank Rakyat Indonesia Tbk.
Foto: Republika/Dwina Agustin
Mimin Rusmini pemilik toko buah Arum Segar yang berada di wilayah Poltangan, Jakarta Selatan, yang menjadi salah satu debitur PT Bank Rakyat Indonesia Tbk.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bersisir pisang tergantung, jambu air, mangga, salak, serta jeruk terlihat bergundukan. Pemandangan berwarna-warni menghiasi sebuah toko yang berada di Jalan Poltangan Raya, Jagakarsa, Jakarta Selatan, selama 24 jam.

Toko buah Arum Segar milik Mimin Rusmini ini memang tidak biasa dalam menentukan jam buka. Sejak pertama kali didirikan pada 2018, toko ini memang sudah menjual buah-buahan 1x24 jam non-stop. Dia menjalankannya dengan membayar beberapa karyawan yang bergantian menjaga toko.

Baca Juga

Keputusan membuka toko 24 jam bukan tanpa alasan. Menurut Mimin, penentuan jam buka ini karena mempertimbangkan kondisi buah-buahan yang akan lebih awet saat tidak sering dipindah tempat. "Kalau keluar masuk kardus terus, buah akan cepat rusak," ujar penjual buah sejak tahun 90-an itu saat Republika.co.id mengunjungi tokonya pada Kamis (8/6/2023).

Pengakuan Mimi, keputusan membuka toko buahnya 24 jam juga justru menghidupkan area jalanan tersebut. Beberapa toko akhirnya juga melakukan hal yang sama sepertinya. Pengunjung pun sudah terbiasa dengan kehidupan yang tidak berhenti meski malam semakin larut.

photo
Mimin Rusmini pemilik toko buah Arum Segar yang berada di wilayah Poltangan, Jakarta Selatan, yang menjadi salah satu debitur PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. - (Republika/Dwina Agustin)

 

Tapi, Mimin mengaku, awalnya dia justru tidak tertarik membuka toko tersebut. Sebelum memiliki Arum Segar, dia sudah memiliki kios buah yang berada di area pasar Pasar Minggu, Jakarta Selatan. "Saya pengennya ya satu udah satu itu aja, tapi pas kondisi pasar semakin nggak ada auranya, nggak bagus, saya berubah pikiran," ujar perempuan asal Garut, Jawa Barat, itu.

Keraguan Mimin ini pun akhirnya goyah saat melihat kios di pasar tidak bisa terus-menerus menjadi tumpuan. Banyak warga, menurut ibu tiga anak itu, terutama kalangan menengah ke atas, semakin enggan ke pasar karena kondisi yang semakin memprihatinkan.

Toko di luar area pasar dinilai sebagai jawaban yang pas. Melalui dukungan pinjaman PT Bank Rakyat Indonesia Tbk atau BRI, Mimin mengaku terselamatkan kembali.

Mimin menceritakan, dia dan suaminya, Marsono, sejak merantau ke Jakarta dan memutuskan menjual buah sudah menjadi nasabah BRI. Pemilahan tempat menaruh hasil penjualan pun merupakan hasil dari kepercayaan yang didapatkan dari melihat ibunya. Orang tua Mimin juga menabung di bank yang sama sudah sejak lama.

"Ini yang membuat saya langsung menabung di BRI waktu itu, walau sedikit sih," ujar ibu tiga anak ini.

Tapi, kepercayaan ini terus dibangun. Mimin pun percaya meminjam uang di BRI merupakan keputusan tepat dalam setiap langkah untuk memajukan usahanya. Hingga saat ini, dia sudah mengambil pinjaman hingga empat putaran.

Pada pinjaman terakhir yang nilainya mencapai ratusan juta, dia memutuskan menambah jenis jualan di toko buahnya. Dia kini juga menawarkan berbagai bolu khas Bogor dengan membuat satu sudut khusus dengan pendingin udara, tidak lupa dia pun merenovasi toko menjadi lebih nyaman. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement