Rabu 07 Jun 2023 17:34 WIB

Tekanan Suku Bunga Terbatas, Investasi Obligasi Dinilai Menarik

Dengan LDR yang rendah, tekanan kenaikan suku bunga deposito rendah.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Lida Puspaningtyas
Investasi obligasi dinilai menarik di tengah kenaikan suku bunga yang mulai melandai.
Foto: dokpri
Investasi obligasi dinilai menarik di tengah kenaikan suku bunga yang mulai melandai.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Investasi obligasi dinilai menarik di tengah kenaikan suku bunga yang mulai melandai. Head Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yuniato mengatakan prospek investasi obligasi masih akan positif di semester II 2023. 

Handy mengatakan saat ini inflasi bukan lagi menjadi terbesar di makro, melainkan pertumbuhan ekonomi. Di 2022, inflasi AS sempat naik mencapai sembilan persen sehingga bank the Fed agresif menaikkan suku bunga. 

Namun, Handy melihat, tahun ini akan berbeda karena beberapa negara sudah melakukan konsolidasi fiskal. Handy memperkirakan hal itu akan mempengaruhi outlook pertumbuhan ekonomi 2023, sehingga tekanan kenaikan suku bunga sudah mulai terbatas. 

"Kalau tekanan inflasi dan suku bunga sudah turun, obligasi harusnya lebih prospektif," kata Handy di acara jumpa pers Equity and Fixed Income Markets Outlook 2023 di Jakarta, Rabu (7/6/2023).

Lebih lanjut, Handy menyampaikan, inflasi AS yang sudah turun signifikan ini akan turut mendorong imbal hasil surat utang pemerintah AS turun dan dolar AS akan melemah. Kondisi ini akan membuat rupiah menguat dan selisih imbal hasil menjadi menarik. 

Menurut Handy, dua asumsi ini penting untuk pasar obligasi Indonesia karena akan menarik investor asing untuk masuk. Hingga Mei 2023, investor asing yang sudah masuk ke pasar obligasi mencapai Rp 67,8 triliun dan masih akan berpotensi meningkat ke depannya. 

Faktor pendukung lainnya adalah likuiditas rupiah yang masih berlimpah tercermin dari pertumbuhan kredit yang melambat dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga yang masih positif. Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan masih rendah di level 80 persen-81 persen.

"Dengan LDR yang rendah, tekanan kenaikan suku bunga deposito rendah. Ini yang mendorong kenapa demand obligasi menarik, sehingga investor yang ingin menempatkan dana untuk mendapatkan yield yang lebih tinggi pilihannya adalah obligasi," ujar Handy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement