Selasa 06 Jun 2023 06:30 WIB

Harga Minyak Naik Setelah Saudi Putuskan Pangkas Produksi

Langkah ini akan menambah tekanan harga naik jangka pendek terbatas.

Perusahaan minyak Arab Saudi (ilustrasi). Saudi kembali memangkas produksi minyak.
Foto: AP
Perusahaan minyak Arab Saudi (ilustrasi). Saudi kembali memangkas produksi minyak.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Harga minyak melonjak lebih dari dua dolar per barel pada awal perdagangan Asia pada Senin (5/6/2023) karena eksportir minyak terbesar dunia, Arab Saudi, memutuskan untuk memangkas produksi sebesar satu juta barel per hari (bpd) setelah pertemuan OPEC+ di Wina, Austria.

Pada Ahad (4/6/2023), OPEC+ mencapai kesepakatan untuk memperpanjang pengurangan produksi hingga 2024. Arab Saudi mengatakan akan memperpanjang pemotongan minyak sukarela 500 ribu bpd hingga akhir 2024. Produksinya akan turun menjadi sembilan juta bpd pada Juli dari sekitar 10 juta bpd pada Mei.

Baca Juga

"Langkah ini akan menambah tekanan harga naik jangka pendek terbatas dalam beberapa pekan mendatang, menurut proyeksi kami," Rystad Energy dalam sebuah catatan pada Ahad (4/6/2023). 

UEA akan memperpanjang pemotongan sukarela sebesar 144 ribu bpd hingga akhir 2024. Dalam pertemuan OPEC, UEA diizinkan untuk meningkatkan target produksi sekitar 200 ribu bpd menjadi 3,22 juta.

Irak akan memperpanjang pemotongan sukarela sebesar 211 ribu bpd hingga akhir 2024. Kementerian Energi Oman menyatakan akan memperpanjang pemotongan produksi minyak secara sukarela sebesar 40 ribu bpd hingga akhir tahun depan.

Reuters melaporkan bahwa kartel minyak telah menurunkan target produksi minyaknya untuk tahun depan sebesar 1,4 juta barel per hari dibandingkan target produksi saat ini. Pertemuan Menteri OPEC dan non-OPEC berikutnya akan diadakan pada Ahad, 26 November 2023, di Wina, kata persatuan negara penghasil minyak tersebut dalam sebuah pernyataan.

Menurut laporan, pembicaraan formal ditunda setidaknya tiga jam pada Ahad lalu karena diskusi anggota tentang garis dasar produksi, dari mana kuota dan pengurangan negara berasal. Anggota OPEC teratas yang dipimpin oleh Arab Saudi mencoba membujuk negara-negara Afrika yang kurang berproduksi seperti Nigeria dan Angola untuk memiliki target produksi yang lebih realistis, menurut laporan Reuters.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement