REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga minyak disebut masih berpotensi meningkat pada tahun ini. Pasalnya, permintaan dari China dan India sebagai negara net importir terbesar di dunia saat ini masih cukup besar.
Di China, konsumsi minyak meningkat setelah pencabutan kebijakan nol Covid-19. "Saat ini, mobilitas sosial sudah kembali padat, sehingga dapat mendorong permintaan minyak untuk bahan bakar transportasi," kata Financial Expert Ajaib Sekuritas, Chisty Maryani, Ahad (28/5/2023).
Dari dalam negeri, harga Indonesia Crude Price (ICP) sejak April 2023 juga telah meningkat. Harga minyak pun ditetapkan 79,34 dolar AS per barel, lebih tinggi dibanding periode sebelumnya sebesar 74,59 dolar AS per barel.
Secara jangka pendek, fluktuasi harga minyak dunia sangat ditentukan oleh faktor persediaan dan permintaan dari beberapa negara di dunia. Apabila harga minyak menguat signifikan atau setidaknya masih bertahan di atas proyeksi rata-rata harga minyak pada tahun ini sekitar 84 dolar AS per barel, hal tersebut dapat menjadi katalis positif.
Menurut Chisty, hal ini dapat mempengaruhi harga jual rata-rata bagi para emiten migas, terutama emiten yang memiliki pangsa ekspor besar. Sehingga, Chisty melihat ada potensi kenaikan pendapatan maupun laba bersih.
Kinerja emiten migas pada kuartal I 2023 cenderung mengalami penurunan. PT Medco Energy International Tbk (MEDC) mengalami penurunan laba bersih mencapai 8,9 persen yoy. Penurunan itu sebagai dampak dari penurunan rata-rata harga minyak yang sempat berada pada level 7 dolar AS, turun sekitar 23 persen.
Selain itu, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) juga mencatat penurunan penjualan mencapai 8,91 persen yoy menjadi sebesar 102,54 juta dolar AS. Pada periode yang sama tahun lalu, penjualan ENRG tercatat mencapai 112,57 juta dolar AS.
Namun, beberapa emiten migas masih membukukan kinerja yang cukup positif pada kuartal I 2023. PT Elnusa Tbk (ELSA) masih mencatat laba bersih yang tumbuh signifikan 53 persen yoy mencapai sebesar Rp 115 miliar. Hal ini didorong oleh pendapatan usaha yang tumbuh terutama dari segmen jasa distribusi dan logistik energi yang berkontribusi 55 persen terhadap pendapatannya.
Selain ELSA, PT AKR Coporindo Tbk (AKRA) juga masih melaporkan peningkatan kinerja yang signifikan pada kuartal I 2023. Laba bersih AKRA tumbuh 41,89 persen yoy mencapai sebesar Rp 607,27 miliar. Peningkatan kinerja AKRA didorong oleh pendapatan segmen bisnis lahan industri Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) yang meningkat.
Chisty melihat, saat ini emiten migas telah banyak melakukan diversifikasi segmen bisnis. Beberapa diantaranya sudah ada yang beralih ke proyek energi terbarukan. "Bahkan, ada emiten migas yang memiliki bisnis lahan industri, sehingga fluktuatifnya harga minyak mentah dunia ke depan mungkin tidak akan secara signifikan menurunkan kinerjanya," kata Chisty.
Secara keseluruhan, meskipun fluktuasi harga minyak masih akan tinggi, Chisty memproyeksikan hingga akhir tahun ini kinerja emiten migas masih dapat berpotensi tumbuh positif. Hal tersebut seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat di negara importir terbesar minyak dunia. Peningkatan kinerja emiten migas juga dipicu oleh segmen bisnis lainnya.
Chisty merekomendasikan sejumlah saham migas yang dapat dipertimbangkan oleh investor.
PT AKR Corporindo Tbk (AKRA)
BUY
Support : 1.330
Resistance : 1.435
Cutloss If break level : 1.200
PT Elnusa Tbk (ELSA)
BUY
Support : 320
Resistance : 346
Cutloss if break level : 302
PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG)
BUY
Support : 202
Resistance : 240
Cutloss if break level : 168