REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo bercerita mengenai pentingnya prinsip dan idealisme bagi seorang pemimpin yang berada di lingkaran birokrasi. Cerita ini disampaikan SYL usai mendapat pertanyaan dari Rektor IPB, Arif Satria, dalam program Q&A di salah satu stasiun televisi swasta, Ahad (14/5/2023).
Menurut SYL, idealisme ibarat karang di tepi laut yang tetap berdiri kokoh meskipun terhantam ombak setiap saat. Idealisme harus menjadi kenyataan bagi setiap harapan yang tersimpan dalam benak rakyat. Pemimpin dan idealisme bagi SYL adalah dua sisi yang tidak bisa dipisahkan.
"Yang paling penting kita harus mewujudkan kenyataan bagi setiap harapan rakyat. Dan birokrat itu harus berpikir memecahkan masalah. Pemerintah tidak bisa jalan sendiri, dia harus bersama rakyat dan menjaga kepercayaannya," ujarnya, dalam keterangan tertulis, Senin (15/5/2023).
Disisi lain, SYL menjawab kecurigaan publik mengenai hubungannya dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag). Menurut SYL, selama ini hubungan kedua lembaga ini dalam kondisi baik. Hanya saja, kata dia, tugas Kementan dan Kemendag memang berbeda.
"Kementan ini bicara produksi dan tidak boleh gontok-gontokan dengan Kemendag. Kami harus bicara ketersediaan dan petani yang jumlahnya 41 juta. Tetapi dalam rangka menurunkan inflasi dan menormalisasi harga itu wajar negara harus tampil di situ. Kan konsumen kita juga banyak," katanya.
Pertanyaan berikutnya adalah mengenai diversifikasi pangan lokal sebagai pengganti makanan pokok. Di antaranya adalah gandum, sorgum, singkong dan juga tanaman lain yang tumbuh di seputar tanah kering Indonesia.
"Kan kita makan ini tidak harus beras. Sejak dulu kami ini orang-orang dari timur termasuk saya terbiasa dengan sagu itu bisa diformat menjadi makanan apa saja. Saya selalu katakan Indonesia itu negara yang cukup komplit," jelasnya.