REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan nilai Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang telah disalurkan kepada petani milenial yang menjadi binaan Kementerian Pertanian telah mencapai Rp6 triliun per Mei 2023. "Sekarang ini memfasilitasinya sudah cukup banyak, kurang lebih 100 ribu (petani milenial) yang sudah menggunakan KUR dan nilai KUR-nya Rp6 triliun," kata Mentan SYL saat ditemui di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (9/5/2023).
Mentan menjelaskan bahwa petani milenial merupakan bagian dari program Badan Sumber Daya Manusia Kementerian Pertanian yang diyakini dapat menyejahterakan kehidupan masyarakat khususnya di pedesaan yang berbasis sektor pertanian.
Kementan sengaja mempermudah akses pendanaan lewat KUR petani milenial sebagai salah satu upaya menumbuhkan semangat dan minat generasi milenial. Hingga kini, Kementan telah berhasil menciptakan 9,9 juta petani milenial melalui serangkaian pelatihan dan pemberdayaan.
Namun, tercatat sekitar 220 ribu petani muda yang konsisten menjalankan usahanya. Oleh karenanya, Kementan menggandeng KemenKopUKM untuk membentuk suatu model bisnis bagi petani termasuk peternak milienial yang diwujudkan melalui penandatanganan nota kesepahaman.
Tujuan kerja sama itu untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk hasil peternakan, memberikan nilai tambah, dan daya saing produk hasil peternakan, serta meningkatkan pendapatan dan taraf hidup peternak yang tergabung dalam koperasi dan UMKM. Termasuk juga di dalamnya akan mensinergikan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan dana koperasi.
"Petani petani milenial ini nanti juga akan kita hubungkan dengan Mas Teten (Menteri Koperasi dan uKM) yang mana yang bisa dikorporasi. Sehingga akselerasinya makin bisa tinggi makin lebih besar kemudian jangkauan market-nya bisa lebih pasti," ucapnya.
Menteri Syahrul optimistis petani milenial bisa berkembang lebih besar. Ia pun mencontohkan petani hortikultura di Jawa Barat yang sukses menjadi pengusaha cabai Katokkon. Sebanyak 11 orang petani milenial yang mengurus lahan seluas 38 hektar tersebut mampu meraup omset senilai Rp1,5 miliar per hektar.
"Ini kan sebenarnya sudah bisa dikorporasi ini. Hasilnya bisa di sambal bottling dan lain-lain, sehingga jangkauan market-nya bisa besar," tuturnya.