REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Timur Tengah dan Afrika (MEA) telah menjadi wilayah dengan pertumbuhan tercepat untuk investasi asing langsung (FDI) sejak 2019. Menurut laporan baru yang diluncurkan Investment Monitor pada Pertemuan Investasi Tahunan (AIM Global 2023) di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, MEA mencatat capaian perolehan FDI terbesar sepanjang 2022 dengan digitalisasi dan energi hijau menjadi prioritas investor.
Laporan berjudul "Laporan FDI Pemantauan Investasi 2023: Fokus pada Timur Tengah & Afrika" tersebut mengungkapkan, meskipun ada tantangan yang terus berlanjut, kawasan MEA memiliki peluang kuat untuk mengamankan FDI lebih besar. Karena investor mengincar investasi berkelanjutan, dilansir Zawya, Rabu (10/5/2023).
Timur Tengah mengalami lonjakan FDI terbesar pasca-pandemi pada 2021, lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara Afrika mencatat pertumbuhan yang kokoh sebesar 37,8 persen. Kedua wilayah mengalami peningkatan FDI yang kuat pada 2022, dengan Afrika meningkat sebesar 17,7 persen dan Timur Tengah meningkat sebesar 13,6 persen.
Menariknya, meski kehilangan pangsa pasar global, Eropa, Asia, dan Amerika Utara terus menjadi tiga pasar regional teratas untuk FDI. Kepala Ekonom di Investment Monitor dan Kepala Layanan FDI di Global Data Media, Glenn Barklie, mengungkapkan, beberapa investasi besar baru-baru masuk ke MEA, termasuk pabrik billet terintegrasi milik J.O Steel milik Inggris senilai 865 juta dolar AS di Arab Saudi. Investasi ACME Cleantech 13 miliar dolar AS di proyek hidrogen hijau di Mesir, dan Total Energies Prancis dan area produksi minyak mentah China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) senilai 10 miliar dolar AS di Uganda.
"Ada lebih dari 1.600 perusahaan yang berinvestasi di MEA pada 2022," kata Barklie menambahkan.