REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pengeluaran konsumsi Amerika Serikat (AS) tidak mengalami perubahan pada Maret 2023. Tekanan inflasi yang terjadi dapat membuat The Federal Reserve menaikkan suku bunga pada pekan depan. Hal ini imbas dari peningkatan biaya tenaga kerja meningkat pada kuartal pertama yang mendorong kenaikan upah di sektor swasta.
"Kenaikan suku bunga yang diantisipasi Rabu depan bisa menjadi yang tercepat sejak 1980-an," ujar Kepala ekonom di Comerica Bank Bill Adams seperti dilansir dari Reuters pada Sabtu (29/4/2023).
Bill menyebut kondisi kredit yang lebih ketat menyusul gejolak pasar keuangan baru-baru ini telah menambah risiko resesi pada 2023. Perjuangan untuk menaikkan batas pinjaman pemerintah federal sebesar 31,4 triliun dolar AS juga menjadi ancaman bagi perekonomian.
"The Fed berada dalam posisi yang sulit. Ekonomi mendingin, tetapi inflasi masih terlalu tinggi. Komponen inflasi yang dikhawatirkan Fed salah satunya ialah sektor padat karya," ucap Bill.
Bill mengatakan stagnansi belanja konsumen yang tidak berubah dari bulan lalu juga dilaporkan Departemen Perdagangan AS. Pengeluaran konsumen sendiri menyumbang lebih dari dua pertiga aktivitas ekonomi AS yang sebelumnya dilaporkan hanya naik 0,2 persen pada Februari.
Bill menyampaikan pengeluaran untuk layanan naik 0,4 persen didorong perumahan dan utilitas serta perawatan kesehatan. Pengeluaran barang turun 0,6 persen karena pembelian kendaraan bermotor, sebagian besar truk ringan baru, menurun.
"Harga bensin yang lebih rendah juga berkontribusi terhadap penurunan belanja barang. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan belanja konsumen turun 0,1 persen," sambung Bill.
Data tersebut dimasukkan dalam laporan PDB awal untuk kuartal pertama yang menunjukkan belanja konsumen melonjak pada tingkat tahunan sebesar 3,7 persen. Sebelumnya sudah naik pada kecepatan 1,0 persen pada kuartal Oktober-Desember 2022.
Pengeluaran konsumen cenderung meningkat karena warga AS menjadi lebih menolak harga yang lebih tinggi. Bantuan sosial pemerintah juga berkurang. Dorongan sementara untuk manfaat Program Bantuan Nutrisi Tambahan (SNAP) yang disahkan oleh Kongres AS untuk melindungi orang-orang berpenghasilan rendah dan keluarga dari kesulitan pandemi covid-19 berakhir pada Maret.
SNAP umumnya dikenal sebagai kupon makanan. Para peneliti dari Biro Sensus Departemen Perdagangan memperkirakan berakhirnya manfaat tambahan telah mengakibatkan sekitar 32 juta orang mendapatkan pembayaran SNAP bulanan yang lebih kecil. Mereka memperkirakan bahwa sebuah rumah tangga beranggotakan empat orang dengan pendapatan bersih bulanan sebesar 2.000 dolar AS, sekarang mendapatkan kupon makanan lebih sedikit sebesar 600 dolar AS setiap bulan.