Sabtu 22 Apr 2023 16:27 WIB

KKP Siapkan Pembudi Daya untuk Hasilkan Komoditas Ekspor

KKP menyasar pembudidaya ikan nila dan rumput laut.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Petambak memanen ikan nila salin di Kampung Nila, Desa Wanantara, Sindang, Indramayu, Jawa Barat, Jumat (14/10/2022). Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus memperkuat program pengembangan budi daya dengan komoditas unggulan berorientasi ekspor.
Foto: ANTARA/Dedhez Anggara
Petambak memanen ikan nila salin di Kampung Nila, Desa Wanantara, Sindang, Indramayu, Jawa Barat, Jumat (14/10/2022). Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus memperkuat program pengembangan budi daya dengan komoditas unggulan berorientasi ekspor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus memperkuat program pengembangan budi daya dengan komoditas unggulan berorientasi ekspor. Kali ini KKP menyasar pembudi daya ikan nila dan rumput laut yang merupakan dua dari lima komoditas unggulan, yang dipersiapkan oleh KKP sebagai produk unggul di sektor perikanan. 

Melalui pelatihan bertajuk "Manajemen Pakan pada Pembesaran Nila" dan "Penanganan Hama Penyakit pada Budi Daya Rumput Laut" KKP melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) memberikan pembekalan kepada 1.105 peserta dari seluruh Indonesia yang bergabung secara daring.

Baca Juga

"Ini salah satu upaya kita menyiapkan SDM untuk menunjang budi daya komoditas unggulan berorientasi ekspor," ujar Kepala BRSDM I Nyoman Radiarta dalam keterangan tertulis di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Sementara itu, Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP) BRSDM Lilly Aprilya Pregiwati menyampaikan salah satu yang menjadi fokus pelatihan ini adalah terkait dengan pengelolaan pakan ikan nila dan penanganan hama penyakit pada rumput laut. Kedua isu tersebut dipandang sangat penting dalam usaha perikanan budi daya. 

"Secara teknis, biaya pakan dalam kegiatan budi daya adalah 60-80 persen dari biaya produksi. Oleh karena itu, penggunaannya perlu dimanajemen secara baik untuk mencapai profit yang maksimal. Sedangkan pada rumput laut, salah satu yang perlu diantisipasi adalah penyakit yang dapat menyebabkan turunnya produksi," ujar Lily.

Selain itu, Lilly juga mengatakan, rumput laut merupakan komoditas perikanan yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan di perairan Indonesia. Di samping itu, produk rumput laut Indonesia juga masih memiliki peluang besar untuk masuk pangsa pasar dunia. Namun kini, praktik budi daya rumput laut memiliki tantangan serius.

Para peserta mengaku antusias dalam mengikuti pelatihan tersebut. Mereka menyampaikan apresiasi dan terima kasih, salah satunya adalah Fiyan dari Kelompok Harapan Jaya, Kabupaten Sigi, yang bersama rekan-rekan pembudidayanya mengikuti pelatihan Manajemen Pakan pada Pembesaran Nila pada 13 April 2023. 

"Kami berterima kasih atas pelatihannya. Kami dari Harapan Jaya berterima kasih atas semua materi yang disampaikan. Akan tetapi, kami masih cukup terkendala atas mahalnya harga pakan. Oleh karena itu, kami berharap bisa mendapatkan pelatihan tentang pembuatan pakan," ujar Fiyan.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyebut siap menggenjot peningkatan produktivitas budi daya rumput laut. Selain itu, Trenggono juga mendorong ikan nila menjadi salah satu proyek unggulan nasional untuk menjawab kebutuhan pasar internasional. 

"Potensi pasarnya besar. Makanya rumput laut menjadi salah satu komoditas unggulan yang akan kita terus kejar target produksinya. Caranya dengan memanfaatkan daerah-daerah potensial seperti di Kampung Budidaya Rumput Laut Mamolo ini," kata Trenggono.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement