Jumat 07 Nov 2025 15:50 WIB

Kata PLN soal SNI FABA: Tonggak Penting Pengelolaan Limbah Pembangkit

Standar baru FABA beri kepastian hukum sekaligus mendukung konsep ekonomi sirkular.

Rep: Frederikus Dominggus Bata / Red: Gita Amanda
Proses pengolahan flay ash dan bottom ash (FABA) menjadi berbagai bahan bangunan bermanfaat. (ilustrasi)
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Proses pengolahan flay ash dan bottom ash (FABA) menjadi berbagai bahan bangunan bermanfaat. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — PT PLN (Persero) menyebut penetapan Standar Nasional Indonesia (SNI) 9387:2025 oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) menjadi tonggak penting dalam transformasi pengelolaan Fly Ash and Bottom Ash (FABA) atau abu sisa pembakaran Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Standar ini dinilai memberikan kepastian hukum, pedoman teknis, sekaligus membuka peluang pemanfaatan limbah pembangkit menjadi sumber daya bernilai ekonomi bagi sektor pertanian.

Direktur Manajemen Pembangkitan PLN, Rizal Calvary Marimbo, mengatakan standar yang ditetapkan pada 2 Oktober 2025 tersebut mempertegas arah pengelolaan FABA yang berorientasi pada keberlanjutan lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya SNI ini, seluruh pihak memiliki acuan jelas untuk memastikan pemanfaatan FABA aman, berkualitas, dan sesuai prinsip ekonomi sirkular.

Baca Juga

“Dengan SNI FABA, kita memastikan pengelolaan limbah pembangkit memenuhi standar keselamatan, mutu, dan keberlanjutan. FABA kini bukan lagi masalah, melainkan solusi bagi sektor pertanian dan masyarakat,” ujar Rizal di Jakarta, dikutip Jumat (7/11/2025).

Ia menjelaskan, PLN selama ini telah mengembangkan berbagai inovasi pemanfaatan FABA di lapangan, seperti untuk pengerasan jalan, bahan bangunan, pembenah tanah, media tanam, dan kompos. Dari 47 PLTU yang tersebar di seluruh Indonesia, terdapat potensi lebih dari 1,2 juta ton FABA per tahun yang dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomi seperti pembenah tanah dan pupuk.

Hasil pemanfaatan tersebut, lanjut Rizal, terbukti meningkatkan produktivitas pertanian di berbagai lokasi demonstration plot seperti di PLTU Labuan, Bengkayang, Pacitan, dan Air Anyir. Menurutnya, FABA dapat menjadi bagian penting dalam upaya menuju pertanian produktif dan berkelanjutan, sekaligus mendukung pencapaian target Net Zero Emissions (NZE) melalui konsep waste to value.

Kepala BSN yang diwakili Deputi Bidang Pengembangan Standar, Hendro Kusumo, menyampaikan bahwa SNI FABA menjadi pedoman utama untuk memastikan setiap pemanfaatan limbah pembangkit dilakukan secara aman dan konsisten. Standar ini juga menjadi dasar regulasi dan sertifikasi bagi pihak industri yang ingin mengembangkan produk turunan dari FABA.

“Fungsi utama standar ini adalah memberi kepastian hukum dan teknis bagi para pemangku kepentingan. SNI FABA memastikan produk turunan aman digunakan, baik sebagai pembenah tanah maupun bahan baku pupuk,” kata Hendro.

Ia menegaskan, keberadaan SNI 9387:2025 menjadi langkah awal untuk mengangkat kelas produk FABA agar lebih terpercaya dan bernilai tinggi. Standar ini juga diharapkan memperkuat daya saing industri sekaligus mendukung ekonomi hijau nasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement