Kamis 13 Apr 2023 10:48 WIB

Ekonom Mandiri Perkirakan di 2023 Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,04 Persen

Ekonom yakin sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2023 ada di sektor domestik

Ekonom PT Bank Mandiri Tbk (Bank Mandiri) Faisal Rachman memperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh 5,04 persen secara tahunan di 2023 atau tetap resilien di tengah pelemahan ekonomi global.
Foto: EPA-EFE/ADI WEDA
Ekonom PT Bank Mandiri Tbk (Bank Mandiri) Faisal Rachman memperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh 5,04 persen secara tahunan di 2023 atau tetap resilien di tengah pelemahan ekonomi global.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom PT Bank Mandiri Tbk (Bank Mandiri) Faisal Rachman memperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh 5,04 persen secara tahunan di 2023 atau tetap resilien di tengah pelemahan ekonomi global.

Sebelumnya, kata Faisal dalam keterangan, Kamis, Dana Moneter Dunia (International Monetary Fund/IMF) memperkirakan PDB riil global akan tumbuh sebesar 2,8 persen di 2023 dan 3,0 persen di 2024, atau turun tajam dari 3,4 persen pada 2022 karena kebijakan moneter global yang lebih ketat.

Perkiraan 2023 dan 2024 diturunkan sebesar 0,1 poin persen dari perkiraan yang dikeluarkan pada Januari, sebagian karena kinerja yang lebih lemah di beberapa negara besar serta ekspektasi pengetatan moneter lebih lanjut untuk melawan inflasi yang terus-menerus.

Dengan koreksi melemah ekonomi dunia tersebut, Faisal memperkirakan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2023 akan bergeser dari sektor eksternal ke sektor domestik.

"Kegiatan ekspor terlihat melemah seiring dengan perlambatan ekonomi global, terutama di AS dan Eropa, tetapi pembukaan kembali ekonomi China dapat mendukung permintaan eksternal sampai taraf tertentu," katanya dalam keterangan resmi itu pula.

Ekspor juga diperkirakan akan melemah karena penurunan harga komoditas secara bertahap. Namun demikian, di dalam negeri, konsumsi rumah tangga Indonesia akan ditopang oleh inflasi yang menurun berkat keberhasilan pemerintah menjaga pasokan dan harga pangan.

"Pencabutan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada akhir tahun 2022 juga meningkatkan mobilitas dan permintaan masyarakat," katanya pula.

Pengeluaran pemerintah yang mengalami kontraksi di tahun 2022 di tengah penurunan pengeluaran untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional karena COVID-19 diperkirakan akan kembali tumbuh di 2023.

Konsolidasi fiskal atau kembalinya defisit fiskal menjadi di bawah 3 persen dari PDB lebih cepat dari yang direncanakan memberikan ruang bagi pemerintah untuk kembali ke kebijakan pro-pertumbuhan, termasuk persiapan Pemilu 2024.

Sumber pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi, juga akan bergeser dari investasi terkait komoditas menjadi investasi untuk infrastruktur. "Hal ini ditopang oleh peningkatan anggaran infrastruktur dalam APBN 2023, kelanjutan Proyek Strategis Nasional, proyek hilirisasi, dan pembangunan ibu kota negara (IKN) baru," ujarnya lagi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement