Rabu 12 Apr 2023 15:55 WIB

IMF Ingatkan Gejolak Keuangan Dunia Masuki Fase Bahaya 

Penurunan proyeksi ekonomi disebabkan oleh risiko keuangan baru-baru ini.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Logo Dana Moneter Internasional (IMF) di luar kantor pusatnya di Washington, DC, AS, 14 Oktober 2020. Pertemuan tahunan IMF World Bank Group 2020 menjadi maya karena pandemi virus Corona.
Foto:

Di Inggris, laju inflasi dua digit membebani anggaran rumah tangga, ekonomi diperkirakan berkontraksi 0,3 persen pada tahun ini, bahkan peningkatan dari penurunan 0,6 persen yang diprediksi IMF pada Januari.

Di negara berkembang, IMF menurunkan prospek pertumbuhan India, Amerika Latin, Timur Tengah, Afrika Sub-Sahara, dan negara-negara kurang berkembang di Eropa. Ekonomi Ukraina yang dilanda perang diperkirakan menyusut sebesar tiga persen.

Perekonomian dunia telah mengalami goncangan demi goncangan dalam tiga tahun terakhir. Pertama, Covid-19 membuat perdagangan global hampir terhenti pada 2020. Berikutnya datang pemulihan kuat yang tak terduga, didorong oleh bantuan pemerintah yang besar, terutama di Amerika Serikat. 

Rebound yang sangat kuat, bagaimanapun, memicu penngkatan inflasi, yang telah memburuk setelah invasi Rusia ke Ukraina menaikkan harga energi dan biji-bijian.

The Fed dan bank sentral lainnya merespons dengan menaikkan suku bunga secara agresif. Inflasi telah mereda, meski tetap jauh di atas target bank sentral. Inflasi sangat sulit diatasi dalam industri jasa, kekurangan pekerja memberikan tekanan ke atas pada upah dan harga.

Suku bunga yang lebih tinggi telah menyebabkan masalah bagi sistem keuangan, yang telah terbiasa dengan suku bunga yang luar biasa rendah.

Pada 10 Maret, Silicon Valley Bank gagal setelah membuat taruhan yang menghancurkan pada penurunan suku bunga dan menyerap kerugian besar di pasar obligasi, berita yang memicu bank run. Dua hari kemudian, regulator menutup Signature Bank yang berbasis di New York. 

 

Kegagalan itu merupakan yang terbesar kedua dan ketiga dalam sejarah AS. Setelah masalah tersebut, bank-bank AS diperkirakan akan mengurangi pinjaman, yang dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement