Senin 03 Apr 2023 06:27 WIB

Haruskah Indonesia Khawatirkan Efek Bangkrutnya 3 Bank di Amerika Serikat?

Ekonomi di Amerika Serikat saat ini cenderung membaik

Pasar modal di berbagai negara terhempas dengan ambruknya bank besar Amerika Serikat, Silicon Valley Bank serta Signature Bank.
Foto: AP Photo/Jeff Chiu
Pasar modal di berbagai negara terhempas dengan ambruknya bank besar Amerika Serikat, Silicon Valley Bank serta Signature Bank.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Pengamat Kebijakan Publik, Bambang Haryo Soekartono menilai pernyataan kekhawatiran beberapa pejabat publik di negeri ini termasuk Presiden RI Joko Widodo tentang bangkrutnya tiga Bank di Amerika yaitu Sillicon Valley Bank (SVB), Signature Bank, dan Silvergate Bank akan mengakibatkan krisis di Amerika.

Bambang meniilai tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Pasalnya, kondisi ekonomi di Amerika saat ini tidak dalam keadaan krisis dan bahkan cenderung membaik.

Baca Juga

Menurut anggota DPR-RI periode 2014-2019 ini, berdasarkan data, Silicon Valley Bank (SVB) adalah Bank yang mempunyai urutan 16 terbesar di Amerika, Signature Bank adalah bank yg mempunyai urutan ke-29 dan Silvergate Bank mempunyai urutan ke-113. 

Sehingga kebangkrutan ke-3 bank di Amerika tersebut  pengaruhnya sangat kecil dan relatif tidak ada bagi perekonomian di Amerika karena dari data 2022 jumlah keseluruhan bank di Amerika ada sebanyak 4.844 bank yang sebagian besar justru mengalami peningkatan pendapatan di 2022 dibanding 2019 sebelum Covid-19.

Sebagai contoh bank terbesar nomor 1 di Amerika yaitu JP Morgan Chase & Co mempunyai pendapatan tahunan (Annual Revenue) di 2022 sebesar 154,792 miliar dolar AS yang naik signifikan dari 2019 sebelum Covid-19 sebesar 142,515 miliar dolar AS. 

Sedangkan Bank pada urutan nomor 2 terbesar di Amerika yaitu Bank of America jumlah pendapatan tahunannya juga mengalami kenaikan sebesar 115,053 miliar dolar AS pad 2022 dibanding pendapatan tahunan pada 2019 sebesar 113,589 miliar dolar AS. 

Pria yang akrab disapa BHS menambahkan, bahkan pertumbuhan ekonomi di Amerika pun juga mengalami kenaikan signifikan di 2022 sebesar 2,7 persen dari 2019 yang hanya sebesar 2,2 persen.

Apalagi beberapa negara Asean bahkan Eropa pun juga mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan misalnya Vietnam di 2022 sebesar 8,02 persen, naik cukup tinggi dibanding 2019 sebelum Covid sebesar 7,02 persen.

Baca juga: Pujian Rakyat Negara Arab untuk Indonesia Terkait Piala Dunia U-20, Terhormat!

Malaysia juga mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan di 2022 sebesar 8,7 persen dari 2019 yang hanya sebesar 4,41 persen. 

Bahkan pertumbuhan ekonomi Malaysia di 2022 merupakan yang tertinggi selama kurun waktu 22 tahun semenjak 2000.  Filiphina pertumbuhan ekonominya naik pesat di 2022 sebesar 7,6 persen dari  2019 sebesar 6,12 persen bahkan negara Eropa seperti Inggris mengalami pertumbuhan ekonomi luar biasa tinggi sebesar 4,1 persen di 2022 dibandingkan 2019 yang hanya sebesar 1,6 persen.

"Saya sangat mengharapkan kekhawatiran pejabat publik dan berita-berita yang ada di media mainstream tidak perlu diekspos besar-besaran ke masyarakat karena ini tentu akan berdampak terhadap stagnasi dan perlambatan ekonomi akibat pelaku usaha enggan berinvestasi dan bahkan masyarakat enggan berbelanja," ujarnya, Senin (5/4/2023/).

BHS mengapresiasi kebijakan pemerintah Jepang dalam memulihkan kondisi ekonomi dengan mengeluarkan kebijakan yang mendorong masyarakatnya untuk berbelanja dan berwisata dengan memberikan insentif yang disebut Community Development Certificate kepada masyarakatnya yang mau travelling dan berbelanja guna menumbuhkan ekonomi pasca Covid-19, sehingga ekonomi di Jepang saat ini lebih membaik dibanding 2019 sebelum Covid-19.

"Dan ini sebetulnya seiring dengan apa yang pernah Presiden Jokowi sampaikan agar masyarakat beramai ramai berbelanja, nonton konser dan berwisata guna menumbuhkan ekonomi pasca Covid-19," ucapnya.  

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement