REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Operasi pasar beras terus dilakukan tak hanya di pasar tradisional namun juga melalui toko retail modern. Meski demikian, hingga sepekan menjelang Ramadhan harga beras di level konsumen tak kunjung turun.
Badan Pangan Nasional (NFA) telah menugaskan Bulog melakukan operasi pasar beras retail sejak awal tahun ini menggunakan beras medium dengan harga eceran tertinggi (HET) Rp 9.450 per kg sampai dengan Rp 10.250 per kg tergantung wilayah.
Adapun, mengutip Panel Harga NFA, rata-rata harga beras medium hingga Rabu (15/3/2023) tetap tinggi mencapai Rp 11.820 per kg.
Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi NFA, I Gusti Ketut Astawa, mengatakan, tingginya harga beras saat ini karena stok beras yang tersebar di pasar dan mendominasi saat ini merupakan pasokan hasil panen akhir tahun lalu dengan harga yang sudah tinggi.
"Artinya, kalau harga beli tinggi, harga jual juga tinggi, disitulah pemerintah turun tangan," kata Ketut di Jakarta, Rabu (15/3/2023).
Adapun operasi pasar beras yang dilakukan melalui Bulog masih bersifat alternatif bagi masyarakat. "Jadi pemerintah melakukan aksi penetrasi untuk berikan alternatif bahwa pemerintah ada menyiapkan beras SPHP (Stabilisasi Pasar dan Harga Pangan) yang sesuai dengan HET," katanya menambahkan.
Ketut menambahkan, upaya penurunan harga tidak dapat dilakukan secara langsung. Pasalnya, Indonesia menganut sistem mekanisme pasar sehingga langkah penurunan harga harus dilakukan lewat penetrasi dengan penyediaan pasokan beras dengan harga yang lebih rendah.
Direktur Utama Bulog, Budi Waseso, menambahkan, sejauh ini total stok cadangan beras pemerintah (CBP) mencapai 380 ribu ton. Masih jauh dari target pemerintah sebanyak 1,2 juta ton untuk pasokan CBP.
Namun, ia memastikan pasokan CBP akan terus bertambah seiring masuknya musim panen raya yang dimulai pada bulan Maret ini.