REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank di AS dikhawatirkan memiliki efek rambatan ke kawasan Asia Tenggara. Meski demikian, perbankan nasional disebut memiliki resiliensi yang cukup tinggi.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan kondisi perbankan dalam negeri saat ini sudah jauh lebih baik pascapandemi. Dia optimistis perbankan nasional lebih siap menghadapi efek rambatan dari ambruknya kedua bank AS tersebut.
"Tentu Indonesia posisi saat sekarang relatif lebih siap," kata Airlangga dalam acara Maybank Indonesia Economic Outlook di Jakarta, Rabu (15/3/2023).
Menurut Airlangga, kolaps yang terjadi pada kedua bank AS disebabkan karena terlalu fokus pada pendanaan perusahaan rintisan. Sedangkan perbankan nasional masih sangat membatasi pembiayaan yang bersifat bubble.
Airlangga mengatakan pemerintah akan terus mendorong perbankan nasional meningkatkan pembiayaan ke sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Pada tahun ini, pemerintah mendorong penyaluran kredit UMKM sebesar Rp 600 triliun.
Dari total tersebut, pemerintah mengalokasikan pembiaayan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Rp 450 triliun, naik dari Rp 370 triliun dari tahun lalu. "Untuk itu saya berharap perbankan bisa memfasilitasi lebih lagi terutama untuk kredit di bawah Rp 10 miliar," kata Airlangga.