Selasa 14 Mar 2023 18:37 WIB

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kebangkrutan Silicon Valley Bank di AS

Kewaspadaan perlu dilakukan terutama terhadap dampak sistemik bagi pasar keuangan.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ahmad Fikri Noor
 Logo SVB ditampilkan pada smartphone di luar cabang bank HSBC di London, Inggris, Senin (13/3/2023).
Foto: EPA-EFE/ANDY RAIN
Logo SVB ditampilkan pada smartphone di luar cabang bank HSBC di London, Inggris, Senin (13/3/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati turut mewaspadai dampak negatif kebangkrutan Sillicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat. Ia menyatakan, kewaspadaan perlu dilakukan terutama terhadap dampak sistemik bagi pasar keuangan global.

Dalam konferensi pers kinerja APBN Februari 2023 di Jakarta, Selasa (14/3/2023), Sri mengatakan SVB merupakan bank yang relatif kecil. Bank skala regional dengan nilai aset hanya 200 miliar dolar AS. Menurutnya, nilai aset SVB untuk ukuran negara AS sangat kecil bila dibandingkan dengan aset perbankan di Negeri Paman Sam itu yang mencapai 1,3 kuadriliun dolar AS.

Baca Juga

Namun, diakui kebangkrutan yang dialami SVB mampu menggoyang kepercayaan di sektor keuangan AS. "Ini tentu adalah suatu pelajaran yang perlu untuk kita lihat bahwa bank yang kecil di dalam posisi tertentu bisa menimbulkan persepsi sistemik," kata Sri.

Lebih lanjut, Sri menuturkan, kebangkrutan SVB menunjukkan persepsi dan psikologi pasar amat menentukan volatilitas yang dapat mengganggu perekonomian. Bahkan, Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) pun telah memutuskan melakukan bail out demi menjamin deposito di SVB. Menurut Sri, masalah yang menimpa SVB juga disebut sebagai salah satu faktor The Fed yang akan tetap pada posisi hawkish dalam menetapkan kebijakan suku bunga.

Ia pun mengungkapkan, SVB yang gulung tikar juga kerap dikaitkan oleh kinerja perusahaan rintisan atau startup yang mengalami kelesuan sejak akhir tahun lalu. Seperti diketahui, SVB dikenal sebagai bank yang mendanai perusahaan-perusahaan rintisan.

"Ini adalah bank yang khusus mendanai startup dan startup ini banyak yang mengalami penurunan kinerja sangat dalam tahun lalu," kata dia.

Turunnya geliat startup di AS diakui cukup memperlemah kinerja penyaluran kredit SVB. Padahal dana deposito yang dimiliki cukup tinggi bahkan naik tiga kali lipat dalam dua tahun terakhir.

Sementara itu, dana deposito itu digunakan untuk membeli US Treasury yang memiliki jatuh tempo lama dengan imbal hasil yang turun karena suku bunga The Fed tinggi. Alhasil, neraca keuangan SVB mengalami tekanan.

"Ini semuanya yang menyebabkan kemudian SVB dari sisi neraca keuangan tiba-tiba mengalami penurunan," kata Sri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement